Di bawah bayang-bayang Perang Dunia II, Prancis menyuguhkan hiburan bagi dunia yang cemas ketika Presiden Albert Lebrun di Stadion Colombes melakukan kick off menandai dibukanya Piala Dunia ketiga 1938.

Meskipun kembali dimenangi Italia yang masih dilatih Vittorio Pozzo dan veteran 1934 seperti Guiseppe Meazza, Brazil adalah pesona tersendiri di Piala Dunia yang berlangsung dari tanggal 4 sampai 19 Juni 1938 itu.

Siapa tak kenal Leonidas di Piala Dunia Prancis 1938? Mencetak tujuh gol, termasuk hatrick ketika melibas Polandia 6-5, ia dianugerahi penghargaan sepatu emas. Bicycle kick yang ia peragakan di Prancis adalah yang pertama dalam sejarah Piala Dunia.

Tetapi Brazil bertekuk lutut di kaki Meazza. Tendangan pinalti Meazza yang kontroversial menahan Brazil di semifinal.

Meazza, yang namanya diabadikan pada stadion kota Milan, mengeksekusi pinalti, tanpa mempedulikan celananya yang melorot meninggalkan penjaga gawang dan wasit yang melongo. Italia unggul 2-1.

Di final Pozzo kembali membuktikan tuahnya sebagai pelatih disiplin. Di bawah kendalinya Italia melibas Hongaria 4-2, tim yang pernah dipecundangi Pozzo empat tahun lalu di tanah airnya sendiri.

Tetapi awan gelap Perang Dunia II memang menyelimuti Piala Dunia Prancis 1938. Kampanye Hitler di Eropa dengan rakus mencaplok tidak saja tanah Austria.

Lima pemain andalan Austria terpaksa memperkuat tim nasional Jerman dan memasang swastika, lambang Nazi, di dada mereka.

Spanyol melewatkan Piala Dunia. Perang saudara membara ketika Jenderal Franco berusaha merebut kekuasaan melawan pemerintahan Republik Spanyol Kedua.

Awan gelap bagi perang dunia, berkah bagi Indonesia yang ketika itu masih dijajah Belanda. Masih bernama Hindia Belanda, Indonesia mewakili belahan bumi Asia dalam Piala Dunia ketiga itu.

Seharusnya bertemu Jepang dan Amerika Serikat di babak kualifikasi, Indonesia justru langsung lolos karena kedua negara yang kemudian terlibat dalam perang itu menolak ikut serta. (*)

Copyright © ANTARA 2010