Yaounde (ANTARA News) - Roger Milla (berumur 38 tahun saat membela Kamerun di Piala Dunia Italia 1990) awalnya dipandang tidak lebih sebagai pemain cadangan dalam penampilan kedua timnya di pesta sepakbola dunia kala itu.

Tapi dengan lima pertandingan, empat gol dan selebrasi gol ciri khasnya, penyerang veteran ini menjadi pemain sepakbola Afrika paling terkenal sepanjang masa.

Milla yang membela tim Indomitable Lions (Singa Perkasa) di Piala Dunia Italia 1990 adalah satu cerita unik di turnamen itu walaupun akhirnya Kamerun tersingkir setelah kalah melawan Inggris di perempat-final.

Walau saat itu hanya ditempatkan sebagai pemain pengganti selama pertandingan, Milla adalah kunci kemenangan bagi timnya. Dia berhasil mencetak dua gol ketika melawan Rumania dan menambah keunggulan Kamerun atas Kolombia pada pertandingan kedua.

Ciri khas perayaan golnya - berlari ke arah bendera sepak pojok dan kemudian melakukan tarian perut sambil bergoyang samba - sangat populer saat itu.

Lahir di Yaounde, 20 Mei 1952, Milla memulai karirnya dengan bermain di beberapa klub lokal seperti Eclair Douala, Leopards dan Tonnerre. Bersama klub-klub itu, Milla memenangkan beberapa gelar juara yang akhirnya membuat dia terpilih sebagai Pemain Terbaik Afrika tahun 1976.

Musim berikutnya Milla yang dulunya bernama Miller (diubah karena ingin terdengar lebih Afrika) pindah ke Prancis dan menghabiskan 14 tahun karir sepakbolanya disana.

Dua tahun pertama dia membela klub Valenciennes kemudian pindah ke Monaco dimana bersama tim tersebut Milla merebut Piala Perancis pada 1980. Tahun berikutnya Milla mengangkat piala yang sama tapi dengan klub berbeda yakni Bastia.

Pada 1982, Milla memulai debut pertamanya tampil di Piala Dunia, 10 tahun sejak dia membela kamerun mulai 1972.

Di Piala Dunia yang diadakan di Spanyol tersebut, Milla tampil mengesankan sebagai pemain tengah walau akhirnya Kamerun tersingkir di babak pertama. Kamerun pulang dengan tangan hampa meski tidak mengalami satu pun kekalahan. Mereka gagal melaju ke putaran kedua, hanya karena terus bermain imbang dalam tiga pertandingannya.

Pada 1984, Milla dianggap sebagai figur inspirasional saat Kamerun berhasil merebut Piala Afrika. Prestasi yang sama diraih lagi pada 1988, masih dengan Milla sebagai salah satu pemain inti.

Karir Milla mundur di akhir 1980an. Sosoknya mulai terlupakan saat mulai semi-pensiun dan bermain di klub semi profesional St Pierre.

Namun Milla muncul lagi di Piala Dunia 1990 dan legenda pun lahir. Nasionalismenya di Piala Dunia Italia membuatnya diganjar penghargaan Pemain Terbaik Afrika untuk kedua kalinya.

Kesuksesan Milla di Italia melambungkan lagi karir sepakbolanya. Sebelum Piala Dunia 1994, Milla pernah bermain di Liga Indonesia bersama klub Pelita Jaya. Bersama klubnya ini, Milla menorehkan 23 gol dalam 23 pertandingan dan membuat Pelita Jaya memenangi gelar juara.

Di Piala Dunia 1994, Milla kembali membela Kamerun. Walau tidak ada keajaiban ala Piala Dunia Italia lagi, gol yang dibuatnya saat Kamerun dikalahkan Rusia 1-6 membuatnya menjadi pemain tertua sepanjang sejarah Piala Dunia yang menyarangkan gol ke gawang lawan (saat itu Milla sudah berusia 42 tahun, satu bulan dan delapan hari). (A051/A032)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010