Johannesburg (ANTARA News/Reuters) - Presiden FIFA Sepp Blatter pada kongres tahunan ke-60 badan sepak bola dunia itu, Kamis, menyerukan penghentian rasisme dan diskriminasi di sepak bola menjelang putaran final Piala Dunia yang untuk pertama kali diselenggarakan di Afrika.

Blatter (74), yang akan mencalonkan diri untuk jabatan presiden FIFA keempat kalinya tahun depan, tidak menyampaikan pidato berapi-api dan bergaya pemilihan pada para utusan dari 207 dari 208 negara anggota FIFA.

Sebaliknya ia berkonsentrasi pada tujuan FIFA untuk melenyapkan kejahatan masyarakat yang merusak pertandingan, khususnya rasisme dan diskriminasi.

"Sepak bola adalah cermin masyarakat kita dan disentuh oleh kejahatan. Tindak kekerasan, kecurangan, doping, taruhan, diskriminasi, dan rasisme, semua ini ada pada cabang olahraga kita.

"Kita harus memulai melenyapkan mereka, salah satu yang praktis sudah lenyap -- ini doping.

"Tetapi di sini di Piala Dunia di Afrika Selatan, dan khususnya melalui kongres ini, kita menyatakan kita menentang diskriminasi.

"Jangan pernah lagi kita mempunyai masalah di lapangan sepak bola atau di stadion mengenai diskriminasi atau rasisme.

"Bila kita tidak mampu melakukannya melalui Kongres FIFA ke-60 ini, maka kita tidak akan pernah berhasil melenyapkannya. Kita harus mengakhiri diskriminasi dan rasisme."

Ketajaman kata-kata Blatter itu disampaikan di suatu negara yang dilarang FIFA dan olahraga dunia karena selama tiga dasawarsa menjalankan politik apartheid rasist.


Visi Havelange

Satu hari sebelum Piala Dunia dimulai, Blatter mengatakan penyelenggaraan putaran final di Afrika Selatan merampungkan visi mantan presiden FIFA Joao Havelange, yang ingin membuat sepak bola sebagai cabang olahraga global saat ia menjadi presiden di tahun 1974.

Sejumlah turnamen junior FIFA telah diselenggarakan di Afrika, dan Blatter mengatakan ini merupakan bagian dari program pengembangan FIFA.

"Hingga 2002 Piala Dunia hanya diselenggarakan di Eropa dan Amerika, utara dan selatan, kemudian satu hari kami harus membuka turnamen itu dan pergi ke Asia, tetapi masih ada satu benua yang belum tersentuh oleh evbent nomor satu FIFA dan ini adalah Afrika.

"Tidak mudah, banyak yang telah dikatakan tentangnya. Tetapi, kini Piala Dunia di sini. Ini sentuhan dunia."

Irving Khosa, ketua Panitia Penyelenggara Afrika Selatan, mendukung kata-kata Blatter ketika ia mengatakan Piala Dunia ini akan membantu mengubur citra strereotipikal Afrika dan keberhasilan Piala Dunia tersebut akan membuktikan bahwa kata-kata sinis itu salah.

"FIFA belum mengambil apapun, FIA telah memberi, memberi, memberi," tambahnya.

Blatter mengatakan keuangan FIFA terpengaruh oleh krisis perekonomian dunia di tahun 2008, tetapi, dengan penggantian lebih dari satu miliar dolar setahun, keuangan itu "nyaman", tidak seperti pada hari ia bergabung di tahun 1971, ketika tidak ada cukup uang di bank untuk menggaji 11 karyawan pada waktu itu.(*)
(S005/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010