Jakarta (ANTARA News) - Tahukah Anda bahwa Uruguay pernah menanggung biaya perjalanan tim sepak bola Eropa agar datang bertanding ke negara mereka?

Ini terjadi pada turnamen Piala Dunia I pada 1930, ketika negara itu dipercaya badan sepak bola dunia FIFA sebagai tuan rumah, setelah mereka menjuarai cabang sepak bola pada Olimpiade 1928, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Uruguay.

Penunjukan Uruguay sebagai tuan rumah turnamen pertama tingkat dunia itu, dilakukan di Barcelona pada 18 Mei 1929. Piala Dunia I belum mengenal babak kualifikasi dan seluruh anggota FIFA yang jumlahnya belum banyak diundang agar mengikuti kompetisi itu.

Sampai batas waktu yang ditentukan, baru negara Benua Amerika, seperti Argentina, Brazil, Peru, Paraguay, Chile, Bolivia dan Amerika Serikat yang menyatakan ikut turnamen.

Negara Eropa yang sebagian merupakan anggota FIFA, ketika itu menyatakan tidak siap.

Apa alasan mereka? Uruguay terlalu jauh, berada di seberang Samudra Atlantik, sehingga butuh waktu lama dan ongkos amat mahal untuk mendatanginya, tentu saja ketika itu harus naik kapal laut, (Bola Memang Gila, 2010).

Gelagat ini mengkhawatirkan, sehingga Federasi Sepak Bola Uruguay mencoba mengundang anggota FA (Football Association) yang beranggotakan negara Inggris Raya, yang belum masuk anggota FIFA.

Tapi FA tidak bereaksi dan dua bulan menjelang turnamen belum ada satu pun negara Eropa yang menyatakan akan datang ke Uruguay.

FIFA pun ikut bingung, sehingga ikut melobi negara Eropa agar datang, karena ini tidak hanya menyangkut sepak bola tetapi juga kemeriahan kemerdekaan 100 tahun Uruguay dan juara Olimpiade itu tidak segan-segan mengatakan akan membantu biaya transportasi mereka.

Akhirnya usaha membujuk negara Eropa itu berhasil dan tiga minggu menjelang turnamen dimulai, empat tim Eropa datang, yaitu Romania, Prancis, Yugoslavia dan Belgia. Namun negara yang sepakbolanya kuat seperti Italia, Jerman, Belanda, Inggris dan Spanyol tetap saja tidak datang.

Sebanyak 13 tim mengikuti turnamen itu, yaitu, Uruguay, Argentia, AS, Yugoslavia, Chile, Brasil, Prancis, Rumania, Paraguay, Peru, Belgia, Bolivia dan Meksiko.

Pada laga final, muncul dua tim yaitu tim tuan rumah dan Argentina, yang mendominasi babak pertama, tetapi tim tuan rumah balik menekan pada babak kedua sampai akhirnya juara setelah unggul 4-2 dan berhak atas piala yang pada 1950 baru dinamai Piala Jules Rimet.

Uruguay mungkin masih kecewa dengan sikap tim Eropa, sehingga pada Piala Dunia II 1934 di Italia, tidak bersedia datang dan sikap itu masih berlanjut pada Piala Dunia III 1938 di Prancis.

Penolakan Uruguay untuk mempertahankan gelar di Italia, membuat tim ini menjadi satu-satunya juara bertahan yang tidak mengikuti Piala Dunia selanjutnya. Tuan rumah Italia tampil sebagai juara pada 1934 dan 1938.

Ketika turnamen digelar lagi pada 1950 setelah Perang Dunia I, Uruguay kembali melakukan gebrakan dan berada di urutan paling atas dari 13 tim yang berlaga, setelah di final mengalahkan tim favorit Brasil 2-1.

Pada turnamen 2010 di Afrika Selatan, Uruguay menahan Prancis 0-0 pada laga pertama mereka pada penyisihan Grup A dan pada pertandingan lain grup itu tuan rumah Afrika Selatan juga imbang 1-1 lawan Meksiko.

Tim La Caleste Olimpica juara Olimpiade 1924 dan 1928 itu kini diasuh pelatih Oscar Washington Tabarez kelahiran Uruguay 1947, yang mengaku banyak pemainnya yang kini mulai lupa akan sejarah kebesaran tim mereka.

"Grafik prestasi Uruguay belakangan ini menurun seiring dengan anjlognya sektor ekonomi negara. Sepak bola tidak menjadi prioritas dalam negeri dan bila ingin melejit lebih baik merantau ke negara lain," katanya.

Tapi pantas diingat dan diketahui, Uruguay berdasar daftar peringkat FIFA 2009 berada di posisi ke-16 dan merupakan ketiga terbaik Amerika Latin setelah Brasil dan Argentina.

Secara tidak langsung itu merupakan modal mereka dan mereka harus ingat, negaranya pernah mengiming-iming uang transport kepada negara Eropa agar mau bertanding di negara mereka.

Apa artinya? Uruguay pernah kaya dan menjadi raksasa sepak bola dunia dan di Afrika Selatan mereka harus bangkit kembali.(*)

A008/Z002

Pewarta: A.R. Loebis
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010