Jakarta (ANTARA News) - Pada turnamen Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan, tidak selamanya berupa penampilan taktik dan strategi di lapangan, tapi juga peragaan mistis seperti ditunjukkan beberapa ofisial dan pemain.

Pelatih tim Italia, Giovanni Trappatoni, memercikkan air suci ke bangku cadangan, kemudian ada pemain yang menggigit-gigit rumput yang diambil dari lapangan, memakai celana kolor sama pada tiap pertandingan bahkan mengubur binatang malam hari dan ada penjaga gawang dari tim Amerika Latin menciumi gawang dan wasit mereka pun berdoa.

Menurut laporan Reuters, ketika berlangsung Piala Nasional Afrika, banyak terjadi praktik spiritual bersifat mistis. Di antaranya, mengorbankan binatang dan mengubur beberapa bagiannya di Gurun Sahara Afrika. Banyak bubuk dan cairan bau melingkari bagian tertentu di gurun itu.

Konfederasi Sepak Bola Afrika malah melarang para tukang sihir itu masuk stadion saat berlangsung kompetisi perebutan Piala Afrika.

Kendati demikian, dalam Piala Dunia 2002, hanya Senegal dan Afrika Selatan yang mampu maju ke putaran final dan kedua tim itu pula yang menyatakan amat anti dengan vodoo dalam dunia sepak bola, (Dialog Pemulung dan Sandiwara Piala Dunia 2002).

Penyerang tim Afrika Selatan ketika itu, Benni McCarthy, mengatakan mereka tidak menggunakan bantuan vodoo dalam tim mereka. "Kami berlatih secara jujur dan saya pikir kami melakukan hal sama dengan setiap negara Eropa, yaitu berlatih dan berlatih," katanya.

Namun, Trappatoni, seperti halnya pelatih Brazil, Luiz Felippe Scolari, yang menganut agama Katolik, masih berdasar laporan Reuters, melafalkan doa menurut agamanya dan Trapattoni yakin doanya didengar Tuhan, sampai akhirnya Alessandro Del Piero menyamakan kedudukan saat melawan Meksiko dan membawa tim mereka ke 16 besar.

"Saya melafalkan doa saya yang biasa. Keadilan dan Tuhan itu ada. Saya percaya Tuhan menonton pertandingan dan Ia akan melakukan keadilan. Kami memiliki lima atau enam peluang bagus dan salah satunya pasti berhasil berdasar keadilan itu," tuturnya.

Tuhan menonton pertandingan? Tuhan menentukan angka terakhir pertandingan? Doa siapa yang paling makbul yang dikabulkan Tuhan? Apakah Tuhan tidak bingung menerima begitu banyak doa untuk kepentingan masing-masing tim dan negara? Akhirnya, kemana Tuhan akan berpihak?

Itu semua merupakan pertanyaan musykil dan tidak pada tempatnya untuk didiskusikan atau dipertanyakan. Bila dipaksakan untuk membicarakannya, maka alasan yang mendasarinya akan bersifat inklusif, irasional, mistis, takhayul, sihir, karena semuanya membawa topik ke arah yang berbau supranatural.

Kalau begitu, apa yang dapat ditimba dari permasalah ini?

Masalah manusia adalah masalah kausa-efektif, adanya kebutuhan manusia untuk bersinggungan dengan alam di luar dirinya, sekaligus membuktikan keberadaan (eksistensi) manusia di muka bumi ini terdiri dari beberapa alam.

Pertautan beberapa alam
Gerak kehidupan manusia di mana pun bersifat kodrati, merupakan pertautan dari beberapa alam, baik yang bersifat jasmani mau pun ruhani. Baik dalam bentuk kepercayaan (agama) mau pun dalam bentuk keilmuan dan perbedaan alam itu dikenal dan diakui.

Maka dari itu, dalam kehidupan sehari-hari, ada orang spesialis yang mengurusi jasmani (dokter) dan ada yang mengurusi rohani (ahli agama) dan yang mengurus masalah kejiwaan (psikiater).

Dalam agama Islam pun, ada yang disebut alam jasmani, alam nafsani dan alam rohani (kubur), yang sebenarnya merupakan pemilahan umum unsur fisik dan pemikiran manusia sejak jaman Aristoteles, Plato, Socrates, Nietzche, dan yang lain, yang unsur ruhaninya biasa disebut sebagai The Ultimate atau The Truth.

Dalam agama Islam, yang disebut alam jasmani adalah alam dunia, baik berupa makro kosmos (jagad raya) mau pun mikro kosmos (alam kecil=manusia). Pada alam jasmani unsurnya dikaitkan dengan panca indera.

Alam nafsani berupa pemikiran, perasaan, kemauan, yang meliputi unsur pemikiran, kejiwaan dan nalar yang tidak melekat pada unsur jasmani. Sedangkan alam ruhani adalah alam gaib, berupa ujung jangkauan ruhani yang tidak dapat dipikirkan secara nalar fisik dan nafsani.

Alam itu berupa alam seberang, alat tujuan, alam kehidupan setelah kematian atau alam abadi, alam kubur dan alam akhirat. Inilah alam The Ultimate atau alat The Truth.

Selagi manusia mampu berfikir waras dan normal, maka ketiga unsur itu tetap merupakan ikatan kodrati yang akan menyertai manusia ke mana pun ia pergi, di mana pun ia berada.

Manusia di muka bumi ini, walau pun beragama apa pun, memikirkan dan mempercayai hal ini. Maka dari itu, setiap ada kematian, pasti ada prosesi penguburan, untuk mengantarkan jasad mereka yang meninggalkan ke peristirahatan terakhir, sekaligus memuja Sang Pencipta agar sudi menerima kedatangan ciptaanNYA itu.

Permohonan ke The Ultimate itu bermacam-macam sesuai dengan kepercayaan atau keturunan, pemahaman, ajaran atau latar belakang anutan manusia atau kelompok dan upacara yang mereka lakukan selalu berupa prosesi normatif.

Manusia yang tidak dapat merasakan The Ultimate akan selalu merasa hampa, karena manusia pada galibnya mendambakan ketergantungan atau kedekatan dengan yang gaib. Manusia tidak bertuhan (atheis) sekalipun sebenarnya mempercayai hari setelah kematian, yang berarti mereka percaya pada hal gaib.

Manusia dalam melakukan upacara atau prosesi bersifat spiritual atau supranatural sebenarnya sedang mengadakan hubungan dengan yang gaib untuk mengatasi ketegangan fisik (alam fasad) atau jiwanya (nafsani). Ia sedang berusaha memadukan kedua alam itu dengan alam ruhani (gaib) untuk menyatukan kekuatan.

Menggali kelegaan spiritual
Manusia secara sadar atau tidak sadar sedang bersublimasi memadukan eksistensinya yang kodrati dan mana kala berhasil menjuruskan pikiran, sikap, perbuatannya ke arah yang gaib tadi, maka manusia merasakan unsur kelegaan (relief).

Setelah merasakan adanya semacam relief, maka manusia akan merasakan kakinya enteng untuk melangkah melakukan niatnya. Inilah yang sudah dilakukan para ahli mistik dari negara Afrika dan Amerika Selatan itu. Inilah yang dilakukan Trapattoni dan Scolari. Ini yang dilakukan dan dialami para pemain dan penjaga gawang yang menciumi mistar itu.

Bahkan, sebenarnya, ini secara tidak sadar dilakukan pemain Korea Selatan, Ahn Jung-hwan, yang dengan spontan menciumi cincin kawinnya sesaat setelah menjebol gawang Italia, yang mengantar mereka ke putaran semi final sekaligus menghentikan langkah Italia pada 2002.

Pemain Korsel dari klub Perugia (Italia) itu dalam jiwanya memasang niat kemenangan yang akan diciptakannya untuk seseorang yang diaplikasikan melalui cincin di jari manisnya. Ia merasakan faktor relief sebelum turun lapangan, apalagi setelah mencetak gol.

Di Indonesia, hal mistis banyak ditemui, selalu dapat dilihat secara kenyataan, kendati sukar diterima akal. Ada orang memuja azimat agar kebal terhadap senjata tajam. Ada yang melakukan tapa brata atau puasa mutih untuk mendapatkan besi kuning atau keong kulbuntat, yang konon untuk kekebalan fisik.

Bahkan beberapa tahun lalu, ketika diadakan pertemuan paranormal se-Indonesia di Yogyakarta, ada paranormal yang hanya memiliki foto Sri Sultan Hamengkubuwono I, tetapi karena dipujanya sehingga ia dapat melakoni kiprah paranormalnya dan dapat melakukan banyak hal gaib.

Ini bukti ada kekuatan dalam pemujaan pada benda dan hal ini dalam agama dianggap syirik, karena menduakan Tuhan.

Tapi kenyataannya, di belahan dunia mana pun, tak terkecuali dalam turnamen sepak bola Piala Dunia 2002, hal itu terlihat terus ada dan hal ini tentu saja tidak dapat ditangkap dengan sensor kesadaran intelektual.

Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan kini sedang berlangsung, coba Anda lihat-lihat, apakah ada perbuatan atau gerakan aneh yang akan dilakukan para ofisial dan pemain di tengah lapangan. Jangan-jangan itu pun merupakan gerakan mistis.
(A008/B010)

Pewarta: Oleh A.R. Loebis
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010