Johannesburg (ANTARA News) - Tingginya angka kejahatan di Johannesburg dan juga kota-kota besar lainnya di Afrika Selatan, telah memberikan peluang bisnis yang sangat menguntungkan bagi perusahaan yang memberikan jasa pengamanan.

Piala Dunia 2010, yang menyedot ratusan ribu penonton dari berbagai penjuru dunia, merupakan peluang bagi perusahaan tersebut untuk mengeruk keuntungan dari orang-orang yang takut menjadi sasaran kejahatan.

Pemberitaan yang menyeramkan mengenai angka kriminalitas di negara Nelson Mandela tersebut, membuat turis kaya dan para selebritis selalu was-was untuk keluar hotel seorang diri.

Berdasarkan statistik, setiap hari rata-rata terjadi 50 kasus pembunuhan di seluruh negeri yang sebagian besar diantaranya korban penodongan, perampokan. Sementara kasus perkosaan mencapai rata-rata 100 kali setiap hari.

Melihat statistik yang menyeramkan tersebut, para turis atau pendukung sepak bola yang memiliki uang pas-pasan, tidak punya pilihan lain selain hanya menghabiskan waktu di hotel pada malam hari.

"Saya dan beberapa teman langsung pulang ke hotel usai pertandingan. Kami tidak berani jalan-jalan dimalam hari karena takut menjadi korban kejahatan," kata Josh Clarke, seorang pendukung tim AS saat ditemui di dekat Stadion Ellis Park, Johannesburg, usai menyaksikan pertandingan AS vs Slovenia.

Tidak ada yang berani mengambil resiko karena pelaku kejahatan tidak segan segan menganiaya dan bahkan membunuh korban meski segala permintaan mereka sudah dituruti.

KBRI di Pretoria pun merasa perlu untuk mengeluarkan buku panduan bagi warga RI, yang salah satunya berisi tip-tip agar terhindar dari sasaran kejahatan.

"Hindari bepergian seorang diri, terutama pada malam hari, jika menjadi korban perampokan/penodongan, jangan melawan", demikian salah satu dari sekian banyak tip-tip yang diberikan.

Menjelang Piala Dunia 2010, pemerintah Afrika Selatan maupun panitia pelaksana berkali-kali menegaskan bahwa mereka akan melipat gandakan pasukan keamanan.

Di Johannesburg, polisi hanya tampak berjaga-jaga ditempat tertentu, seperti di sekitar stadion atau hotel. Sementara di lokasi lain yang agak jauh dari pusat kota, hampir tidak terlihat polisi yang siaga.

Meski pemerintah maupun panitia Piala Dunia 2010 berusaha meyakinkan bahwa mereka siap memperketat keamanan, kekhawatiran terhadap keselamatan diri, terutama mereka yang memiliki uang berlebih, tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Bisnis menggiurkan

Para pesohor yang hadir di Afrika Selatan untuk menyaksikan perhelatan Piala Dunia 2010, rela merogoh kantong dalam-dalam untuk mengeluarkan 7500 Rand (Rp7,5 juta) per hari untuk membayar petugas keamanan pribadi.

Chris Beukes, ketua eksektif Layanan Keamanan TSU mengatakan, para diplomat, selebritis atau pengusaha kaya rata-rata mengeluarkan antara R3500 sampai R7500 sehari hanya untuk membayar pengawal pribadi, tergantung pada kondisi keuangan mereka.

Sejak awal Maret 2010, Beukes mengaku bahwa perusahaannya banyak menerima permintaan dari para eksekutif kelas atas untuk melindungi mereka selama berlangsungnya Piala Dunia 11 Juni sampai 11 Juli mendatang.

"Kami banyak menerima permintaan dan jumlahnya terus bertambah. Target kami adalah menyediakan pelayanan keamanan bagi 60 sampai 100 tokoh papan atas," katanya.

Mereka yang meminta perlindungan secara khusus ternyata tidak hanya berasal dari Amerika atau Eropa, tapi juga dari negara Afrika lainnya, diantaranya Angola dan Nigeria.

Kyle Condon, direktur Bodyguard Protection Services mengatakan, meski Cape Town dan Johannesburg dipromosikan sebagai daerah tujuan utama selama Piala Dunia, toh tetap banyak orang asing yang skeptis. Ia mengakui bahwa kekhawatiran utama orang asing datang ke Afrika Selatan adalah masalah yang berhubungan dengan masalah tingginya angka kejahatan.

"Orang menyewa pengawal ketika dilangsungkan event besar. Pada beberapa event besar sebelumnya di Afrika Selatan, kami juga menerima banyak permintaan, tapi hanya sedikit yang akhirnya benar-benar memanfaatkannya," kata Condon.

Saat berlangsungnya Piala Dunia 2010, Condon mengakui bahwa pihaknya juga telah menerima beberapa permintaan untuk jasa pengamanan, tapi ia menolak mengungkapkan mereka yang ingin menggunakan jasanya.

Untuk jasa pengamanan, Bodyguard Protection Services mematok harga secara bervariasi, antara R2000 sampai R4000, tergantung kondisi tamu.

"Kami benar-benar mempelajari dan memeriksa latar belakang tamu dan kemudian mengamankan rute dan stadion yang akan dikunjungi," kata Condon.

Menurut Condon, para pengawal tersebut tidak hanya menjadi pelindung tamu dari aksi kejahatan, tapi juga bisa membantu membawa para penonton ke stadion, hotel dan bandara.

"Para pengawal tersebut sudah bersiap dengan berbagai skenario, tidak hanya masalah gawat seperti aksi kejahatan, tetap juga menjaga tamu kami dari kemungkinan terserang penyakit," katanya menambahkan.

Dr Johan Burger, ketua riset kejahatan dari Institut Kajian Keamanan, menyatakan bahwa pengawal pribadi sebenarnya tidak diperlukan selama Piala Dunia karena hanya akan membuang-buang uang.

"Pemerintah Afrika Selatan telah menjanjikan keamanan secara massal dengan menambahkan petugas untuk mengamankan Piala Dunia sehingga menyewa pengawal pribadi hanya akan membuang-buang uang," katanya.

Tapi ia juga menegaskan bahwa mereka juga tidak bisa menyalahkan tamu-tamu yang menyewa pengawal pribadi karena rasa ketakutan yang berlebihan tersebut.

Dari pemantauan ANTARA di Johannesburg, Pretoria dan Nelspruit, kenyataan yang ada di lapangan bahwa rumah-rumah dipasangi pagar tinggi dan dilengkapi dengan kawat listrik bertegangan tinggi, serta senjata api yang mudah diperoleh, sudah cukup untuk memberikan gambaran bahwa Afrika Selatan memang bukan tempat yang aman dan nyaman, terutama bagi pendatang.
(T.A032/A016/P003)

Pewarta: Oleh Atman Ahdiat
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010