Accra (ANTARA News) - Tim sepak bola nasional Ghana menerima bonus 20.000 dolar AS tunai per orang Selasa dan mendapat kehormatan sebagai tim pemenang moral dari mantan tokoh PBB dan tokoh negara Kofi Annan, kendati tim itu kalah dalam perebutan tempat ke semi final.

Ketika tim lain seperti Prancis dan Nigeria pulang dengan kepala tertunduk, Ghana yang dijuluki "Bintang Hitam" mendapat sambutan seperti pahlawan oleh ribuan pendukungnya, ketika mereka mendarat di Bandara Accra, Senin, sebagaimana dikutip dari Reuters. 

"Walau pun tidak membawa pulang piala, tapi tim nasional sudah memenangi hati dan pikiran rakyat Afrika serta negara-negara lain di dunia," kata Presiden John Atta Mills dalam acara makan malam bersama tim, dan kemudian dia mengumumkan bonus mereka.

Jumlah bonus itu cukup banyak di negara yang pendapatkan per jiwa rata-rata per tahun hanya sebesar 500 dolar.

Ghana gagal pada menit akhir pertandingan Jumat melawan Uruguay, karena "handball" pemain yang menahan bola di garis gawang. Striker Asamoah Gyan gagal dalam mengeksekusi penalti dan Uruguay memang pada penentuan pemenang dalam adu penalti.

Annan, diplomat Ghanaian yang pernah menjabat Sekjen PBB dari 1997 hingga 2006 dan meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 2001, melukiskan tim sepak bola negara itu sebagai "duta besar pada turnamen itu dan juga bagi Afrika."

"Untuk saat ini, reaksi saya terhadap drama menit akhir itu betapa `tidak jujur`. Tapi kenyataannya, ketika Anda kalah dalam pertandingan itu, sebenarnya Anda keluar sebagai pemenang," kata

Annan, yang saat ini mengetuai Panel Progres Afrika, yang memonitor perkembangan pembangunan di benua itu.

"Gemuruh solidaritas ini merupakan penghargaan terhapap Anda semua serta pertanda baik terhadap Afrika, yang selalu dicitrakan terpecah dan berkonflik," katanya.

Ia menambahkan, Ghana menjadi titik pangkal dukungan negara Afrika setelah tersingkirnya Nigeria, Kamerun, Pantai Gading dan tuan rumah Afrika Selatan.

Komentar lain menyebutkan, Piala Dunia membawa pengaruh amat besar bagi Afrika, setelah acara itu diadakan pertama kali di benua yang disebut-sebut sebagai benua termiskin dunia, tetapi sekarang mata dunia memandang mereka dan tentu saja membawa gengsi bagi Afrika.
(A008/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010