Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 76,2 persen responden kauam buruh tidak tertarik dengan iklan kampanye politik dari parpol dan capres di tv, radio, media cetak, serta spanduk dan pamplet di jalan, sedang yang menyatakan tertarik iklan politik hanya 20,4 persen dan abstain sebanyak 3,4 persen, demikian hasil survei Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu.

Ketua Presidium FSP BUMN Bersatu FX Arief Poyuono dalam pembahasan hasil survei Suara Kaum Buruh Menjelang Pemilu 2009 di Jakarta, Kamis, mengatakan, bahwa survei dilakukan pada 8-20 Desember 2008 dengan mengambil 5.123 responden dari kaum buruh (karyawan) BUMN dan swasta di 33 provinsi, dengan toleransi kesalahan sekitar 1,8 persen dan tingkat kepercayaan 99 persen.

Sementara itu, sebanya 94,9 persen responden buruh menyatakan tidak aktif dalam parpol yang menjadi peserta pemilu 2009, sedang yang menyatakan aktif dalam parpol hanya 3,6 persen dan yang abstain sebanyak 1,5 persen.

"Sedikitnya para buruh yang tertarik terhadap iklan politik dan kegiatan dalam parpol menunjukkan parpol-parpol dinilai gagal melakukan kaderisasi di kalangan buruh," kata Arief dalam diskusi yang menampilkan pembahas Ketua Federasi SB Merdeka Saut Aritonang, Sekjen FSP Tekstil, Sandang dan Kulit (TSK) Indra Munaswar dan Ketua DPP Forum Tenaga Kerja Pertamina Hasan Saman.

Terhadap pertanyaan tentang partisipasi dalam memberikan suara pada Pemilu 2009, sebanyak 82,2 persen responden buruh menyatakan bersedia dan yang menyatakan tidak akan memberikan suara hanya 17,8 persen. Sedangkan terhadap pilihan parpol, sebanyak 80,7 persen responden memilih pilihan parpol, 17,8 persen menyatakan tidak memiliki pilihan dan 1,5 persen abstain.

Arief mengatakan, terhadap pertanyaan parpol yang dianggap mampu memperjuangkan nasib buruh menunjukkan PDIP mendapatkan suara 26,7 persen, Golkar (20,1), Gerindra (10,9), PKS (9,7), PPP (7,3), PAN (6,6), P Demokrat (6,3), PKB (4,6), Hanura (1,3) dan lainnya (6,5).

Tokoh yang dianggap dapat memberikan perbaikan nasib buruh menunjukkan Megawati memperoleh pilihan 30,7 persen, Jusuf Kalla (19,6), SBY (12,7), Prabowo Subianto (7,7), Sultan HB X (6,5), Amien Rais (5,5), Abdurrahman Wahid (5,1), Hidayat Nurwahid (3,5), Akbar Tandjung (3,3) dan Wiranto (3,2 persen).

Kendati demikian, terhadap pertanyaan tokoh yang sering dibicarakan dengan rekan kerja dan keluarga menjelang Pemilu 2009, yakni SBY mendapatkan pilihan responden 34,9 persen, Jusuf Kalla (14,4), Megawati (14,2), Prabowo Subianto (12,8), Sri Sultan HB X (7,8), Amien Rais (5,4), Abdurrahman Wahid (3,5), Hidayat Nurwahid (2,7), Akbar Tandjung (2,5) dan Wiranto (1,8).

Menurut Arief, hasil survei menunjukkan bahwa tuntutan buruh yang harus diperhatikan parpol dan capres nantinya yaitu kepastian bekerja dan peningkatan kesejahteraan, serta penetapan 1 Mei yang merupakan hari buruh sedunia sebagai hari libur nasional.

"Sebenarnya persoalan rendahnya jaminan bekerja dapat diatasi jika jaminan berusaha bagi industri nasional juga dapat diwujudkan, sedang dalam konteks kesejahteraan, upah sebenarnya bukan masalah mendasar para buruh, tapi persoalan utamanya pada masalah ekonomi dengan harga yang terus merangkak," katanya

Jika para buruh mendapatkan fasilitas kesehatan, sekolah dan perumahan yang layak, katanya, persoalan upah tidak akan menjadi kompleks, sehingga solusi penyelesaian tuntutan upah buruh tidak bisa semata-mata dibebankan kepada pengusaha, namun harus ada penyelesaian persoalan perekonomian secara kompleks, sehingga negara mampu memberikan fasilitas mendasar kepada rakyat untuk mencapai kesejahteraannya.

"FSP BUMN Bersatu menyerukan kepada partai-partai politik peserta Pemilu 2009 untuk merumuskan proram konkret pemecahan persoalan kaum buruh yang saat ini jumlah mencapai puluhan juta di Indonesia," demian Arief Poyuono.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009