Miranshah, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Orang-orang suku di kawasan militan paling terkenal di Pakistan melakukan aksi mogok Kamis untuk memprotes gelombang serangan pesawat tak berawak AS di negara itu, kata beberapa saksi dan sesepuh suku.

"Kami memprotes serangan-serangan pesawat tak berawak. Orang AS membunuhi warga sipil tak berdosa, namun pemerintah tidak melindungi kami sama sekali," kata Malik Jalal, seorang sesepuh suku dan salah satu penyelenggara pemogokan itu, kepada AFP.

Toko dan pasar tutup di empat kota utama di Waziristan Utara, Kamis, termasuk di ibukota wilayah itu, Miranshah, menurut laporan wartawan AFP.

Sejumlah pejabat Pakistan melaporkan, sedikitnya 21 serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sekitar 120 orang pada September, bulan paling mematikan dalam serangan semacam itu.

Mayoritas serangan itu dilancarkan di Waziristan Utara, yang dianggap sebagai sarang Taliban dan militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan yang disebut-sebut Washington sebagai tempat paling berbahaya di Bumi.

Serangan-serangan udara itu umumnya ditujukan pada jaringan Haqqani, salah satu musuh paling kuat AS di Afghanistan yang para pemimpinnya berpangkalan di Waziristan Utara.

Namun, penduduk suku setempat mengklaim bahwa rudal-rudal AS menewaskan warga sipil.

"Mereka menyerang warga sipil, mereka membunuhi wanita, anak-anak dan orang tua," kata Jalal kepada AFP.

"Pemerintah harus mengambil langkah-langkah segera untuk menghentikan serangan pesawat tak berawak; bila tidak, mereka harus mundur," kata mantan anggota parlemen Maulana Mohammad Deendar.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di kawasan pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Sekitar 1.140 orang tewas dalam lebih dari 130 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010