Washington (ANTARA News) - Pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden terlibat dalam rencana penyerangan yang terkuak yang ditujukan kota-kota di Eropa dan mungkin ditargetkan ke Amerika Serikat, menurut Radio Nasional AS (NPR).

Beberapa bulan lalu, bin Laden mengirimkan petunjuk kepada afiliasi Al-Qaida dan rekanannya yang menyebutkan kalau ia menginginkan serangan seperti serangan di Mumbai setidaknya di tiga negara Eropa --Inggris, Jerman, Perancis-- kata NPR mengutip pejabat intelijen dan orang-orang yang terkait masalah tersebut, sebagaimana dikutip dari AFP. 

Pada 2008, 10 orang bersenjata lengkap membunuh 166 orang dan melukai lebih dari 300 orang lainnya di tiga hotel mewah, stasiun kereta api, dan restoran di kota di India itu.

NPR mengatakan kelompok bersenjata itu berencana menyerang tempat-tempat turis yang ramai di Eropa dan mengambil alih hotel untuk menunjukkan gaya baru serangan Al-Qaida, meski rincian rencana tersebut masih belum jelas hingga saat ini.

AS mungkin juga menjadi target serangan bin Laden.

"Kita tahu bahwa Osama bin Laden memberikan petunjuk" sebut seorang pejabat yang mengerti mengenai intelijen tapi tidak mau namanya disebutkan kepada NPR.

"Bila ia sudah memberikan petunjuk, kita tidak akan percaya kalau AS tidak bakal menjadi target serangannya. Hal itu sudah pasti,"

Radio publik itu mengatakan petunjuk awal intelijen berasal dari Ahmad Siddiqui, warga negara Jerman yang sekarang berada di markas Angkatan Udara AS, Bagram Air Base di Kabul, Afganistan.

Siddiqui mengatakan mengenal Mohamed Atta, salah seorang yang dinyatakan sebagai pembajak dalam serangan 11 September 2001 dan beribadah di masjid yang sama di Jerman.

Serangan itu diperkirakan dipikirkan oleh pemimpin Al-Qaida yang masih buron di daerah tanpa hukum di pedalaman Pakistan, tempat di mana baru-baru ini AS melakukan serangan besar untuk menghancurkan gerombolan pemberontak --dan membunuh beberapa di antaranya.

Pejabat intelijen mengatakan kepada NPR, beberapa anggota yang berencana melakukan penyerangan sudah tiba di Eropa.

Beberapa pejabat khwatir kalau anggota dari kelompok komando itu dapat bepergian ke negara-negara barat menggunakan paspor Uni Eropa sehingga makin memperumit usaha untuk menemukan dan menghentikan mereka.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010