Jakarta (ANTARA) - Praktisi komunikasi yang juga Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo S Nugroho mengatakan infodemik seputar COVID-19 dapat menyebabkan masyarakat menjadi panik.
 

“Infodemik ini bisa lebih berbahaya daripada pandemi. Bahayanya adalah kepanikan massal yang tidak perlu, sehingga pada akhirnya merugikan kita sendiri,” ujar Jojo di Jakarta, Senin.

Dia memberi contoh bagaimana terjadi panic buying terhadap masker, vitamin dan oksigen dan menyebabkan barang-barang tersebut langka dan harga meningkat tajam. Infodemik adalah kondisi dimana terlalu banyak informasi menyebar dengan cepat namun tidak akurat dan cenderung negatif.
 

Menurut dia, saat ini masyarakat membutuhkan kewarasan berpikir karena kabar buruk terus melanda. Angka korban COVID-19 yang sebelumnya terlihat sebagai angka statistik kini menjadi lebih nyata dan relevan karena yang wafat kini adalah orang-orang terdekat.
 

Perasaan gelisah dan takut ditambah ketidaktahuan harus melakukan apa dan dengan cara apa, diperparah dengan asupan informasi salah dan negatif yang membludak. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan dan harus dilawan dengan fakta yang benar dan positif.
 

Direktur Imogen PR itu menambahkan berita yang salah dan negatif kalau bertubi-tubi datang tanpa dikoreksi maka akan dianggap masyarakat sebagai kebenaran.
 

“Padahal kecemasan dan khawatir masyarakat harus dikelola agar imunitas tidak turun,” imbuh dia.
 

Dalam hal itu, peran para praktisi kehumasan sangat penting untuk membantu agar penyebaran informasi hoaks terkait isu COVID-19 bisa terhenti dengan memahami dan memverifikasi sumber, dan kemudian memberikan klarifikasi lewat medium yang diakses masyarakat.
 

“Selain itu, memberikan literasi media agar masyarakat bisa memilah dan menvalidasi informasi agar tidak terbawa arus propaganda hoaks. Beberapa poin yang bisa dipertimbangkan masyarakat misalnya, mencari sumber yang dapat dipercaya, menghindari berita dengan sumber tunggal dan melakukan kroscek ke sumber terkait atau media-media nasional yang terpercaya.
 

““Biasakan mengidentifikasi dan berpikir kritis — apakah sumbernya kredibel? verifikasi dan lakukan kroscek materi melalui berbagai sumber. Waspada namun tidak perlu panik,” kata Jojo yang juga satu dari 10 Tokoh PR Berpengaruh versi MAW Talks Awards 2021 itu.
 

Peran media massa sebagai kontrol sosial juga seharusnya berjalan agar Infodemik dapat diredam. Media harus menyajikan informasi yang netral dan terpercaya serta tidak membuat panik massa. Tokoh-tokoh PR juga harus ikut membantu menggiring narasi yang menenangkan publik.

Baca juga: Komunikasi dan informasi digital bawa "ruang baru" pada era pandemi

Baca juga: Kominfo: "post truth" ganggu komunikasi publik selama pandemi

Baca juga: Sosiolog: Indonesia punya modal budaya untuk beragam cara komunikasi

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021