Jakarta (ANTARA News) - Kesadaran masyarakat muslim dalam menjalankan sistem ekonomi Islam saat ini masih lemah demikian kesimpulan seminar Ekonomi Internasional Islam meretas jalan ekonomi Islam di ambang kehancuran ekonomi kapitalis di Auditorium Adhyana Wisma Antara Jakarta, Kamis. "Kita di Indonesia saat ini meski belum seratus persen, namun telah memiliki sistem ekonomi Islam dengan berdirinya bank-bank Islam dan sebagianya, Bila dibandingkan dengan bank konvensional bank-bank Islam ini jauh tertinggal, menjadi kesadaran masyarkat memilih jalan sitem ekonomi Islam saat ini masih rendah," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Ekonomi Islam Agustianto. Menurut dia, masyarakat perlu mendukung ekonomi Islam yang saat ini berkembang meski belum seratus persen sesuai dengan yang ideal. "Dalam Islam bila kita belum bisa melaksankan seratus persen maka jangan ditinggalkan semua," katanya. Ekonom Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir mengungkapkan hal yang sama. "Kita meyakini kesadaran masyarakat terhadap perlunya ekonomi Islam merupakan senjata ampuh dalam mengembangkan ekonomi Islam agar dapat menggantikan gurita ekonomi kapitalis yang saat ini sangat merugikan masyarakat," Katanya. Menurut dia, masyarakat saat ini dapat menggunakan ekonomi Islam dengan turut berpartisipasi memebentuk hal-hal yang bisa dilakukan. "Misalnya membuat lembaga keuangan yang meminjamkan namun tanpa unsur ribawi, menggunakan produk-produk sendiri yang tidak berhubungan dengan perusahaan kapitalis," katanya. Menurut dia, dengan demikian, masyarakat tak perlu memikirkan adanya ekonomi kapitalistik lainnya dan tak harus berharap negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam. "Toh kita punya kekuatan untuk itu, menjadikan hal-hal yang bisa kita lakukan," katanya. Hal senada diutarakan oleh juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto. Menurut dia, saat ini perlu penydaran masyarakat untuk menggunakan sistem ekonomi Islam. "Sebagian besar masalahnya adalah umat Islam sendiri, jadi persoalnnya pada diri umat Islam, dia muslim tapi jati dirinya tidak Islam, karenanya perlu perubahan melalui perubahan umat Islam sendiri," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009