Medan (ANTARA News) - Pendiri Indonesia Heritage Foundatian Ratna Megawangi menilai sistem pendidikan Indonesia gagal membentuk karakter siswa menjadi orang baik yang ditandai dengan banyaknya kasus korupsi, manipulasi, kebohongan dan berbagai konflik serta kekerasan.

"Ini adalah bukti bahwa institusi pendidikan kita belum dapat mewujudkan tujuan pendidikan yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab," katanya di Medan, Selasa.

Menurutnya, sebab utama kegagalan tersebut adalah sistem pendidikan Indonesia belum mempunyai kurikulum pendidikan karakter. Yang ada adalah mata pelajaran pengetahuan karakter (moral) dalam pelajaran agama, kewarganegaraan dan pancasila.

Megawangi juga mengritik proses pembelajaran yang dilakukan menitikberatkan hafalan.

Para siswa hanya diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur dengan kemampuan anak menjawab soal ujian terutama dengan pilihan berganda.

"Karena orientasinya semata-mata hanya untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana mata pelajaran dapat berdampak pada perubahan perilaku siswa tidak pernah diperhatikan.

Sehingga apa yang terjadi adalah kesenjangan antara pengetahuan moral dan prilaku," katanya.

Ia menawarkan satu solusi berupa pendidikan karakter, karena pendidikan moral bisanya hanya menyentuh aspek pengetahuan, belum sampai pada aspek prilaku.

Sedangkan pendidikan karakter adalah membentuk perilaku siswa menjadi lebih bermoral, karena seseorang dapat disebut berkarakter jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.

"Sedangkan pendidikan moral misalnya dalam pendidikan moral pancasila, tidak menandai watak perilaku sebagai keberhasilan proses pembelajaran, tetapi cukup sampai pada sejauh mana anak didik mengetahui yaitu dengan pendekatan hafalan dan sedikit analisis," katanya. (*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010