Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Polhukam Djoko Suyanto menegaskan bahwa pemilihan Komjen Timur Pradopo sebagai calon Kapolri yang diajukan oleh Presiden ke DPR tidak bersifat mendadak.

Dalam konferensi pers di Ruang VIP Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Selasa, Djoko mengatakan, kesan mendadak itu muncul akibat perhatian publik dan media massa selama ini terpusat pada dua nama calon Kapolri yang lebih dahulu beredar, yaitu Inspektur Pengawasan Umum Komjen Nanan Soekarna dan Kepala Badan Pendidikan Polri Komjen Imam Sudjarwo.

"Jadi sebenarnya calon itu banyak. Saya membaca calon itu banyak yang memiliki kredibilitas, kapabilitas untuk jadi calon Kapolri, tapi tidak mungkin semua calon diajukan dalam suatu evaluasi. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa ada calon-calon lagi," tuturnya.

Djoko menjelaskan Presiden Yudhoyono senantiasa mengikuti dan memperhatikan dinamika pro-kontra yang berkembang di publik tentang nama-nama calon Kapolri yang beredar serta selalu mencari dan menghimpun lagi guna mencari satu calon terbaik yang akhirnya menghasilkan nama Timur Pradopo.

"Semua calon baik, tapi bagaimana memilih seseorang yang cocok dengan situasi saat ini dan bagaimana memilih seseorang yag bisa dipercaya untuk mereformasi Polri ke depan dengan baik," kata Djoko.

Menurut dia, surat Presiden kepada DPR untuk mengajukan Timur Pradopo sebagai calon Kapolri memang ditandatangani pada detik-detik terakhir.

Namun, sebenarnya Djoko Suyanto sebagai Ketua Kompolnas bersama dengan Presiden, Kapolri, dan Kepala BIN telah melalui proses perbincangan cukup lama.

Djoko mengatakan Presiden telah mempertimbangkan seluruh aspek dalam memilih Timur Pradopo termasuk jejak rekam, perjalanan karier, serta jenjang pendidikan yang telah ditempuh.

(D013/H-KWR/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010