Washington (ANTARA News/AFP) - China membutuhkan mata uang kuat untuk meningkatkan konsumsi domestik, IMF mengatakan Rabu, menambahkan untuk sebuah tuntutan yang berkembang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Eropa agar yuan menguat pada laju yang lebih cepat.

Dalam prospek ekonomi dunia terbaru, Dana Moneter Internasional mengatakan bagi China, "penting untuk meningkatkan peran konsumsi rumah tangga dalam pertumbuhan domestik" dan menjadi kurang bergantung pada ekspor untuk mendorong perekonomian.

"Sejauh mata uang China lebih kuat memudahkan proses ini, surplus negara-negara lainnya di kawasan ini bisa menyusul, yang akan memfasilitasi keperluan perubahan menuju pertumbuhan sumber domestik," kata IMF.

Pemberi pinjaman berbasis di Washington mempertahankan proyeksi produk domestik bruto 2010 untuk China, yang telah berlari melewati Jepang untuk menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, sebesar 10,5 persen.

Pertumbuhan di China akan melambat menjadi 9,6 persen pada 2011 karena upaya pemerintah untuk mendinginkan pasar properti yang memanas dan membatasi pinjaman bank, IMF mengatakan.

Pada Juli, China memperbolehkan rilis laporan kritis IMF atas kebijakan mata uangnya, di mana staf kreditur menuduh bahwa yuan "secara substansial" undervalued (di bawah nilai sebenarnya). Bahasa dalam laporan Rabu lebih diredam.

Desakan baru IMF untuk yuan yang lebih kuat muncul di tengah tekanan yang tumbuh terhadap Beijing untuk melonggarkan cengkeramannya pada mata uang, menjelang pertemuan tahunan IMF yang dimulai Jumat, di mana masalah ini mungkin menjadi tampak besar.

Amerika Serikat dan Eropa -- berjuang untuk pulih dari krisis global -- telah berulang kali menandukkan kepala dengan China atas yuan, yang mereka klaim undervalued sebanyak 40 persen dan memberikan ekspornya keuntungan yang tidak adil.

Sebuah trio pejabat terkemuka zona euro pada Selasa mendesak Perdana Menteri China Wen Jiabao untuk berbuat sesuai dengan janjinya pada Juni untuk membuat yuan lebih fleksibel, karena anggota parlemen AS mengejar sanksi hukuman terhadap China atas kebijakan mata uangnya.

Ketua IMF Dominique Strauss-Kahn telah menambahkan suaranya pada paduan suara keluhan, mengatakan yuan adalah undervalued dan memperingatkan negara-negara -- tanpa penunjukkan China -- tidak menggunakan kebijakan kurs mata uang mereka sebagai senjata.

Yuan China dipatok pada sekitar 6,8 terhadap dolar pada pertengahan 2008 namun dikatakan pada Juni pihaknya akan memungkinkan unit meningkat, sebagian untuk menenangkan kritik yang tumbuh dari mitra dagang utama.

Namun, sejak itu, kenaikan yuan sudah minim sementara Wen telah memperingatkan bahwa kemungkinan mata uang untuk menguat terlalu banyak bisa menghancurkan ekspor China, menempatkan jutaan risiko pekerjaan.

Pada Senin, Wen menyerukan stabilitas nilai tukar mata uang utama -- sebuah pernyataan yang diambil untuk berarti tidak akan ada perubahan sikap di Beijing pada yuan.

IMF, di bawah tekanan dari Washington dan orang lain untuk berbuat lebih banyak menghentikan sengketa lebih luas dari letusan, mengatakan sebuah mata uang kuat akan membantu arus masuk modal spekulatif, tanpa mengacu khusus untuk yuan.

"Di mana sebagian besar ketidakseimbangan transaksi berjalan mungkin mencerminkan sebuah nilai tukar undervalued, apresiasi mata uang adalah jawaban terbaik bagi arus masuk modal," katanya.

Beijing telah menindak "uang panas", yang masuk dan keluar negara dalam mencari keuntungan cepat dan dianggap berisiko karena seringkali berangkat pada tanda pertama kelemahan dalam suatu perekonomian.

Tetapi respon "terkoordinasi" oleh negara-negara Asia yang dibutuhkan, IMF menambahkan.

"Resistensi terhadap apresiasi mata uang oleh satu ekonomi dapat menghambat lainnya karena kekhawatiran daya saing," kata laporan, yang datang setelah intervensi Jepang di pasar valuta asing untuk pertama kalinya sejak 2004. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010