London (ANTARA News) - Flim pendek berjudul Namesis, karya mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berhasil menyabet "best cinema work (best cinematography)" dalam Festival Film The Open St Petersburg Student Kesembilan di St Petersburg, Rusia.

Counsellor KBRI Moskow, M Aji Surya, dalam keterangan persnya, Jumat  menyebutkan, wajah William Chandra, sang sutradara film pendek itu terkejut dan memerah ketika nama filmnya disebut sebagai pemenang.

Kota di ujung barat utara Rusia itu mengukuhkan bahwa dari sisi sinematografi, film Namesis yang berarti dewi keadilan itu mampu menyisihkan lebih dari 6.000 film yang dibuat mahasiswa yang berasal seluruh dunia.

Sebenarnya, keterkejutan William bukan malam itu saja. Sebelumnya, ketika masuk 400 besar nomintor, ia juga merasa berdebar-debar. Karena tidak punya ongkos, ia akhirnya meminta Ford Foundation membelikannya tiket pulang pergi ke Rusia.

"Saya baru keluar negeri pertama kali dan kami bisa menang," ujarnya.

Secara keseluruhan, perhelatan festival yang kesembilan itu banyak diwarnai oleh kemenangan para mahasiswa calon sineas dari Jerman.

Sedangkan negara-negara lain tergolong minim. Indonesia kebagian "best cinematography" atas nama Chamelia sedangkan Argentina menyabet "best script". "Urusan kamera sangat rumit. Kalo di film ini bisa menang berarti kita tidak kalah dengan yang lain," katanya.

Namesis yang berdurasi 15 menit itu bertutur tentang perjuangan meraih keadilan. Joan yang diperkosa oleh Reno yang anak seorang pengacara kondang ternyata tidak bisa mendapatkan keadilan di meja hijau.

Kakak Joan akhirnya menempuh jalan lain dengan cara balas dendam (membunuh) seluruh anggota keluarga Reno. Ini menggambarkan bahwa manakala keadilan tidak bisa ditegakkan maka pencarian keadilan dengan cara salah berakibat ketidakadilan yang lain.

William Chandra mengaku bahwa untuk membuat film ini ia merogok koceknya sampai Rp7 juta. Sebagian pemainnya diambil dari Teater Koma dengan bayaran ucapan terima kasih. Sama dengan crew film yang lainnya. Selain itu ia mengaku mendapatkan kendala teknis seperti kurangnya SDM dan peralatan yang memadai.

Dengan mengikuti film festival ini, William merasa makin percaya diri bahwa orang film Indonesia bisa bersaing di kancah global.
(ANT/A024)
 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010