London (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Inggris tewas dalam ledakan di Afghanistan, Jumat, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Inggris.

Prajurit itu menjadi korban ke-300 militer Inggris yang tewas akibat serangan musuh.

Anggota Batalyon II Resimen The Duke of Lancaster itu tewas ketika sedang berpatroli di distrik Nahr-e Saraj di provinsi bergolak Helmand, Afghanistan selatan.

Sebanyak 340 prajurit Inggris tewas di Afghanistan sejak operasi dimulai pada Oktober 2001.

Prajurit itu tewas ketika sedang berpatroli untuk "meyakinkan lagi keberadaan mereka kepada penduduk setempat yang berusaha menjalani kehidupan sehari-hari", kata jurubicara Satuan Tugas Helmand Letkol David Eastman.

Inggris menempatkan sekitar 9.500 prajurit di Afghanistan, yang menjadikannya sebagai penyumbang terbesar kedua bagi Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Pasukan Inggris ditempatkan di Helmand, memerangi gerilyawan Taliban dan melatih pasukan keamanan setempat.

Tahun ini merupakan masa yang mematikan tidak saja bagi pasukan Inggris namun juga prajurit-prajurit asing lain di Afganistan.

Jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan telah melampaui 560 sepanjang 2010, menurut data dari situs independen icasualties.org, dan itu merupakan yang tertinggi sejak perang meletus pada akhir 2001 dengan penggulingan rejim Taliban.

Korban-korban asing terakhir berjatuhan setelah Jendral AS David Petraeus pada 4 Juli mulai memegang komando atas 140.000 prajurit AS dan ISAF di Afghanistan, menggantikan Jendral AS Stanley McChrystal, yang dipecat karena pembangkangan.

Sekitar 10.000 prajurit lagi ditempatkan di Afghanistan pada Agustus-September sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap gerilyawan, khususnya di provinsi-provinsi wilayah selatan, Helmand dan Kandahar.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010