London (ANTARA News/AFP) - Pasar-pasar saham utama Eropa bertahan kuat pada Jumat waktu setempat dalam menghadapi berita mengecewakan laporan pekerjaan Amerika Serikat, yang memicu kenaikan sekilas euro sebelum mata uang tunggal itu berbalik melemah terhadap dolar.

Meskipun ketegangan di pasar uang meningkat dan sebuah pertemuan para kepala keuangan terkemuka dunia dimulai di Washington, penilaian terbaru pemerintah AS atas pasar pekerjaan menyibukkan para investor.

Ekonomi AS kehilangan 95.000 pekerjaan pada September, mengejutkan analis yang memperkirakan membaca datar dan menunjukkan pemulihan AS tetap lamban.

Saham Eropa awalnya kehilangan kekuatan pada laporan ini, akan tetapi sebuah pembacaan lebih dekat meyakinkan investor bahwa ada beberapa poin positif. Tingkat pengangguran misalnya, tidak berubah pada 9,6 persen.

Selain penggajian (payrolls) pemerintah jatuh 159.000 lebih besar dari perkiraan namun penggajian pekerjaaan sektor swasta naik 64.000, sedikit di bawah harapan.

"Jumlah total adalah kehilangan pekerjaan tetapi jika kita menghapus pemerintah, untuk sekarang kami melihat pertumbuhan penggajian sektor swasta, yang positif," kata Dan Greenhaus, kepala strategi ekonomi di Miller Tabak.

Pada penutupan perdagangan,indeks FTSE 100 di London turun hanya 0,08 persen menjadi 5.657,61 poin. Di Paris, indeks CAC 40 turun 0,19 persen menjadi 3.763,18 poin sementara di Frankfurt indeks DAX naik tipis 0,25 persen menjadi 6.291,67 poin.

"Data (pekerjaan) bervariasi, sekalipun kehilangan posisi 95.000 (secara keseluruhan) adalah meresahkan," kata Yves Marcais dari Global Equities di Paris.

"Bagaimanapun, kita akan melihat angka lebih baik jika tingkat pengangguran menunjukkan penurunan berkelanjutan."

Di tempat lain di Eropa, Amsterdam turun 0,34 persen dan Madrid 0,18 persen sedangkan harga saham di Milan naik 0,28 persen.

Wall Street diperdagangkan sebagian besar datar. Indeks saham blue-chip Dow Jones Industrial Average naik 0,25 persen tengah hari, dengan teknologi Nasdaq turun 0,07 persen.

Di pasar uang euro pada akhir perdagangan berada di 1,3915 dolar, turun dari 1,3923 dolar akhir Kamis di New York.

Dolar berada di 81,86 yen terhadap 82,39 yen pada Kamis. Tapi unit Amerika pada satu titik turun menjadi 81,73 yen, angka terendah sejak akhir April 1995.

Laporan pekerjaan AS muncul untuk memperkuat kemungkinan bahwa Federal Reserve AS akan mengadopsi langkah-langkah baru stimulus ekonomi, mungkin menyuntikkan uang ke dalam ekonomi melalui pembelian obligasi dan aset lainnya -- aksi yang akan menekan dolar lebih lanjut.

Akibatnya euro naik terhadap dolar hanya setelah angka pekerjaan AS menjadi dikenal, tetapi kenaikan melempem pada kenyataan bahwa euro yang lebih kuat mengancam daya saing ekspor zona euro.

"Jika euro masih berada pada tingkat saat ini akan konsisten dengan perlambatan ekspor yang sangat tajam tahun depan dan akan berpengaruh pada perekonomian domestik juga," kata analis pada Capital Economics.

Minggu-minggu terakhir telah memperlihatkan negara-negara dari Jepang hingga Kolombia intervensi untuk menghentikan mata uang mereka dari kenaikan ke tingkat yang akan membuat menjadi penghalang ekspor, memicu perang mata uang di antara negara-negara dagang utama.

"Ini adalah ancaman yang sangat nyata dan akan menjadi sorotan akhir pekan ini dalam serangkaian pertemuan IMF-Bank Dunia di Washington," kata analis GFT David Morrison.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 187 negara berkumpul untuk pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dihadapkan dengan peringatan bahwa persaingan pasar mata uang bisa menghancurkan pemulihan global.

Amerika Serikat dan Eropa telah meningkatkan tekanan pada China untuk memungkinkan mata uangnya, yuan, menguat lebih cepat, bersikeras yuan `undervalued` (di bawah nilai sebenarnya) dan tidak adil meningkatkan ekspor China.

China telah menolak tekanan tersebut, dengan alasan bahwa penguatan yuan yang terlalu cepat akan memiliki konsekuensi terhadap perekonomian nasional.

Gesekan mata uang terbaru diperkirakan dapat mendominasi perdebatan di Washington akhir pekan ini.

Namun menurut Ulrich Leuchtmann dari Commerzbank: "Pertemuan IMF akan sulit membawa kesimpulan apapun. Pihak AS akan menyalahkan semua lainnya dan semua lainnya akan menyalahkan Amerika Serikat." (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010