Medan (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta menyatakan, dunia politik Indonesia dewasa ini tengah dilanda fenomena aneh berupa wabah narsis (memuja diri sendiri).

"Di dunia politik kita kini terlalu banyak narsisnya, yang kemudian memunculkan politik pencitraan," katanya dalam pada pembukaan Musyawarah Wilayah II Partai Keadilan Sejahtera Sumatera Utara di Medan, semalam.

Dia menilai politik narsis tidak produktif bagi pembangunan bangsa dan negara.

"Politik semacam ini cenderung suka memperlihatkan kita ini selalu sibuk, telah banyak berbuat dan senang disanjung untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Kita mempertontonkan kesibukan, tetapi sesungguhnya kita tidak produktif," katanya pedas.

Menurut Wakil Ketua DPR RI, bangsa Indonesia akan mampu menghasilkan sesuatu yang besar jika politik narsis dihilangkan.

"Jika narsisme bisa dihilangkan, Insya Allah kita akan memiliki obsesi yang besar untuk kepentingan bangsa dan negara ini," ujarnya.

Selain wabah narsis, dunia politik Indonesia juga dihinggapi penyakit "cepat puas" dan cenderung selalu merasa diri sendiri lebih hebat dibandingkan yang lain.

"Kita juga selalu bangga dengan prestasi-prestasi kecil, kemudian cepat puas dan merasa pantas dihargai lebih," katanya.

Ia mengaku pernah dimintai saran seorang kepala daerah di Yogyakarta yang akan didaulat menerima penghargaan sebagai pahlawan antikorupsi.

"Saya sarankan untuk ditolak, karena apa yang telah beliau lakukan merupakan hal yang sangat biasa dan tidak perlu dihargai sedemikian rupa. Seseorang bisa disebut pahlawan jika dia orang biasa tetapi mampu melakukan hal-hal yang tidak biasa," katanya.

Dia mengajak kader-kader PKS melakukan hal-hal besar, tidak cepat berpuas diri dan tidak perlu merasa harus dihargai. (*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010