Prinsip pemolisian di era pandemi COVID-19 di antaranya hubungan dengan masyarakat yang lebih personal...
Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar forum diskusi terarah (FGD) secara daring dengan sejumlah stakeholders dan praktisi, membahas model pemolisian di masa pandemi dalam rangka penanggulangan persebaran COVID-19 dan mengawal pemulihan ekonomi nasional.

"Prinsip pemolisian di era pandemi COVID-19 di antaranya hubungan dengan masyarakat yang lebih personal, proaktif memantau dan melayani masyarakat bersama stakeholders terkait," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono dalam keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Jumat.

Argo menyebutkan, polisi di masa pandemi COVID-19 menjadi penyelesai masalah (problem solver), membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat, serta kesetaraan antara pengembang Polri dan masyarakat, menjaga akuntabilitas, menjalin kemitraan yang baik dengan stakeholders.

"Transparansi informasi yang akurat sebagai penangkal berita bohong (hoax-buster), partisipasi Polri dan masyarakat dalam penanggulangan COVID-19," katanya pula.

Di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 ini, kata Argo, polisi harus memastikan perekonomian masyarakat tetap berjalan sesuai dengan protokol kesehatan.

Argo menekankan, polisi perlu memahami perannya sebagai garda depan (frontliner) dalam penanggulangan pandemi COVID-19, menjadi yang pertama merespons keadaan darurat dan secara sadar perlu mengadopsi manajemen bencana termasuk pengurangan risiko bencana sebagai salah satu solusi.

"PPKM adalah aspek logis untuk menekan laju persebaran COVID-19. Ditunjang vaksinasi untuk menambah sistem imun. Data vaksinasi menunjukkan bahwa meskipun belum maksimal, tapi mengalami tren kenaikan jumlah vaksinasi," ujarnya lagi.

Argo menambahkan, Polri berperan dalam membantu Pemerintah menanggulangi COVID-19, dengan melakukan sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan (5M), distribusi bantuan sosial dan pembagian masker, operasi yustisi disiplin prokes, pelaksanaan 3T, penyekatan PPKM, penegakan hukum, mendukung vaksinasi COVID-19, serta pendampingan.

Guru Besar Psikologi Sosial FPSI Universitas Indonesia Hamdi Muluk menyebutkan, pemolisian komunitas menjadi paradigma baru peran kepolisian di masa pandemi COVID-19.

Faktor keberhasilan pemolisian komunitas, antara lain dukungan dan komitmen Polri, mengurangi budaya 'power oriented', adanya kepemimpinan (servant leadership), rasa percaya masyarakat, community skill, penilaian, komunikasi, networking dan komitmen afektif dari anggota bhabinkamtibmas.

"Edukasi masyarakat di level mikro. Karena fokus penanganan COVID-19 berada di unit mikro, desa/kelurahan, RT/RW maka bhabinkamtibmas harus punya jejaring komunikasi di komunitas. Membuat pola jejaring komunikasi dan kolaborasi dengan stakeholder lain sampai ke tingkat RT," ujar Muluk.

Narasumber lainnya, Robertus Robert, dosen sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menambahkan, pandemi ini dapat dilewati dengan empat hal, yaitu kepemimpinan berperan penting dalam ambil kebijakan penanggulangan pandemi, dan otoritas medis yang kuat memprioritaskan pendekatan saintifik.

Menurut dia, kepercayaan harus dibangun dengan masyarakat, agar berpartisipasi menjaga efektivitas kebijakan Pemerintah.

"Polisi perlu memahami perannya sebagai 'frontliner' yang merespons pertama keadaan darurat. Polisi perlu mengadopsi manajemen bencana, termasuk pengurangan risiko bencana sebagai salah satu solusi. Di era pandemi, polisi perlu menerapkan 'soft skill' melalui komunikasi dan koordinasi yang efektif," ujarnya.

Ekonom Direktur SKSG UI Athor Subroto mengingatkan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pandemi yang harus diupayakan adalah suku bunga acuan dijaga agar tetap rendah, sehingga diharapkan bisa lebih ditekan turun untuk menjaga investasi.

Menurut Athor, PPKM bisa dilonggarkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, di antaranya Stimulus Fiskal (Insentif Pajak), Cast Transfer (Bantuan Tunai), In Kind Transfer (Bansos), dan Pembangunan Infrastruktur.
Baca juga: Pengamat nilai pemolisian masyarakat segagasan dengan ronda keliling
Baca juga: Di balik maksud pemolisian masyarakat oleh pemerintah


Epidemiolog dan Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas of Derby, Inggris Dono Widiatmoko menyebutkan virus SARS-CoV-2 tidak akan hilang, tetapi dari sejarah pandemi yang terjadi selama ini, evolusi tetap akan terjadi. Namun sampai saat ini memang belum tahu kemana COVID-19 akan bermutasi.

"Vaksinasi penting untuk melatih tubuh terhadap virus yang akan masuk ke tubuh. Ini mencegah kondisi dampak yang lebih buruk dan mengurangi risiko kematian setelah terpapar COVID-19. Tugas penting Polri sebagai garda terdepan dalam penanggulangan pandemi COVID-19," ujar Widiatmoko.
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021