Jeddah (ANTARA News) - Kawasan Masjidil Haram nampak makin indah karena penyempurnaan di beberapa lokasi demi makin menyamankan ibadah. Pelataran luar masjid terbesar di dunia itu pun makin nyaman dan terasa jauh lebih lapang.

Perubuahan ini mungkin menjdai satu indikator keseriusan Kerajaan Arab Saudi dan warga kota Mekkah dalam menyambut kedatangan para tamu Allah. Kenyamanan dan keamanan selagi beribadah haji menjadi prioritas utama pada setiap musim haji tiba.

Bagi pemerintah Arab Saudi, selaku khadimul kharamain (pelayan dua kota suci), keseriusan membenahi sarana ibadah amat penting.

Selain menjadi bagian pencitraan positif untuk negara itut, juga menjadi kewajiban umat Islam di mana pun.

Tuhan tak mengukur tingkat kesalehan seseorang dari kekayaan, suku dan golongannya, melainkan dari amal ibadahnya.

Itulah sebabnya pemerintah Saudi berupaya keras dan terus menerus memperbaiki rumah ibadah Masjidil Haram dengan menata kawasan sekelilingnya. Pembongkaran terus berlangsung tanpa mengganggu ritual haji.

Kepala staf Teknis Urusan Haji (TUH) Syairozi Dimyathi mengaku pemerintah Arab Saudi terus berusaha menyempurnakan pelayanan bagi jemaah haji dari seluruh dunia, yang tahun ini diperkirakan mencapai 3 juta jiwa.

Indikator kesungguhan itu terlihat dari monorel yang dibangun pemerintah Saudi. Meskipun tahun ini belum bisa beroperasi penuh, tetapi setidaknya ada kerja keras memperbaiki sarana ibadah.

Sebelumnya pemerintah Arab Saudi juga telah memperbaiki wilayah jamarat, yang kini diperluas menjadi tiga lantai.

Pada beberapa tahun silam, lokasi jamarat dinilai sangat membahayakan jemaah haji ketika mereka melontar jumrah. Kekhawatiran seperti itu diharapkan tidak lagi ada sejak musim ini.

Mekkah kini telah diselimuti lagi suasana musim haji menyusul mulai berdatangannya lagi para calon haji dari berbagai negara.

Untuk musim ini, menurut jadwal, jamaah Indonesia akan memasuki Mekkah mulai 20 Oktober. Kamis lalu, calon haji Indonesia yang masuk Madinah sudah mencapai 10 ribu orang, dari 37 penerbangan.

Ini artinya, calon haji Indonesia yang tiba di Tanah Suci sudah sekitar 10 persen lebih, kata Staf Teknis Haji II Subhan Cholid Syafiudin di Jeddah, Jumat petang.

Syairozi Dimyathi menyatakan Jumat (15/10), masuk 17 penerbangan mengangkut sekitar 7.000 orang.

Kedatangan calon haji dari Indonesia yang diangkut maskapai Saudi Arabian molor 14 jam Kamis kemarin. Ini membuat Kementerian Agama memprotes manajamen maskapai.

99 Persen

Tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji salah satunya adalah pelayanan kesehatan. Parameter berikutnya adalah transportasi, pemondokan dan katering, baik selama di Mekkah atau Madinah, maupun selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

"Perlu upaya keras menekan angka kematian bagi jemaah haji Indonesia," kata Wakil Kepala PPIH Arab Saudi bidang kesehatan, dr. H. Chairul Nasution.

Persiapan tim kesehatan Indonesia sendiri, katanya, sudah mencapai 90 persen. Dukungan peralatan medis, obat-obatan sebanyak 30 ton dari Jakarta sudah datang, sementara distribusi alat pendukung ke BPHI di Mekkah dan Madinah sudah rampung.

Ia mencatat, jumlah calon haji yang berisiko tinggi mencapai 35 persen, darti total anggota jamaah Indonesia 221 ribu orang yang terdiri dari 197.500 haji regular dan 23.500 haji khusus.

Anggota jamaah dengan penyakit berisiko tinggi itu, menurut Wakil Kepala Daerah Kerja Makkah Bidang Kesehatan, dr H Taufik Cahyadi, biasanya meningkat.

"Data terakhir akan diketahui jika semua jamaah sudah masuk asrama embarkasi. Biasanya yang berisiko tinggi bisa mencapai 50 persen," jelas Taufik di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, Kamis sore.

Taufik mengatakan penyakit yang masuk kategori risiko tinggi antara lain jantung dan paru-paru. BPHI menyatakan siap menangani jamaah berisiko tinggi.

Faktanya, kesibukan terlihat di BPHI Mekkah. Para tenaga medis mencek seluruh obat-obatan, sementara para pekerja lokal bersiap mengantar obat-obatan ke Jeddah.

"Seluruh persediaan obat-obatan untuk Daerah Kerja Jeddah dan Madinah dipasok dari sini," ujar Taufik Cahyadi.

Beberapa pekerja tengah memeriksa instalasi listrik. Kamis sore, listrik BPHI sempat mati dan ada litf yang belum bisa jalan. Generator penyedia listrik cadangan juga disiapkan.

BPHI memanfaatkan empat lantai bangunan di Holidiah Mekkah. Lebih dari 150 ranjang pasien, termasuk 12 ranjang di ruang ICU/ICCU, tersedia di sana, juga ruang untuk jamaah yang mengalami gangguan jiwa.

Bangunan BPHI ini disewa untuk jangka waktu setahun, melanjutkan sewa tahun sebelumnya. Tapi, kata Taufik, BPHI hanya beroperasi selama empat bulan. Selebihnya, kosong kegiatan.

"Untuk menyiapkan kembali menjadi BPHI setara dengan rumah sakit tipe C, kami memerlukan waktu sekitar seminggu untuk membersihkan debu," ujar Taufik.

Kamis lalu, menurut Taufik, persiapan BPHI telah mencapai 99 persen.

Tenaga medis yang terdiri dari 14 dokter ahli, tiga dokter umum, dan satu dokter gigi, serta 74 tenaga medis yang diantaranya 44 perawat dan dua ahli gizi, telah siap memberikan pelayanan.

Di setiap lantai disediakan empat perawat yang piket 12 jam.

Kamis lalu, dipimpin Prof Istibsyarah, rombongan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sempat meninjau BPHI.

Di Madinah, mereka menemukan salah seorang pasien diabetes berusia 62 tahun yang tak memiliki catatan medis tentang penyakitnya itu di buku kesehatan haji.

Pasien dari Sumatra Utara itu butuh penanganan serius karena penyakitnya parah, dan DPD berharap dia diperiksa dengan cermat.

Indonesia murah

Di luar kesiapan penyambutan haji, ada sepenggal kisah unik mengenai haji Indonesia dan Indonesia sendiri di Mekkah.

Abdullah dari Madura, menuturkan, bagi warga kota Mekkah musim haji baru mereka rasakan tatkala jemaah haji Indonesia telah ikut memadati dan berduyun-duyun memasuki Masjidil Haram.

Dekat kawasan mesjid ini, teriakan para pedagang bernuansa Indonesia di sepanjang ruas jalan menuju Haram atau sebaliknya, akan terasa.

Teriakan pedagang untuk menarik perhatian dengan ucapan Indonesia murah, dan ucapan pedagang Arab dibalas dengan ucapan bahil sambil bercanda kerap terdengar.

"Indonesia murah," begitu ucapan pedagang Arab di tepi jalan.

Ketika Pasar Seng masih berdiri tiga tahun lalu sebelum digusur demi perluasan kompleks Masjidil Haram, kata-kata seperti itu kental di telinga jemaah Tanah Air.

Teriakan seperti itu masih terdengar, namun hanya terjadi manakala para calon haji Indonesia sudah mendatangani kawasan ini. Para pedagang Arab paham betul prilaku jemaah Indonesia yang gemar belanja oleh-oleh atau buah tangan bagi sanak keluarganya di negerinya.

Di kawasan sepanjang Ajyad, petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sudah mendengar ucapan-ucapan seperti itu.

Kata "Indonesia murah" yang berari barang yang dijajakan untuk orang Indonesia itu murah, kini sudah mulai "diplesetkan". Artinya kini ditujukan kepada para Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia.

Mereka menunjuk puluhan TKI yang tidur di kolong jembatan Jeddah, yang menyerahkan diri agar dideportasi oleh pemerintah Saudi ke Indonesia.

Jadi, kata Indonesia murah kini dimaknai oleh pedagang Arab sebagai barang yang ditawarkan kepada jemaah haji Indonesia itu barang murahan.

Kata murah juga bermakna TKW/TKI itu murah, karena semakin banyak yang meminta pulang secara "gratisan" dengan cara menjatuhkan citra mereka lewat deportasi oleh pemerintah Saudi.

Suasana itu telah menjadi sangat hingga kini.

Indonesia menempati ranking tertinggi dalam kuota haji dan tahun ini mendapat kuota 221 ribu orang. Urutan kedua kuota terbesar berikutnya adalah Turki dan India, namun angka pastiny belum ada. (*)

E001/AR09

Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010