Bogor (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Ahmad Yani Basuki mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak merisaukan isu penggulingan dirinya yang dilontarkan beberapa kelompok menyambut satu tahun pemerintahan Yudhoyono-Boediono.

"Presiden tidak pernah risau terhadap isu penggulingan karena yakin terhadap yang telah dilakukan dan optimis akan prestasinya meski belum maksimal sesuai yang diharapkan rakyat dan Presiden SBY sendiri," kata Yani dalam diskusi dengan wartawan di Bogor, Minggu.

Dia menjelaskan, setahun pertama pemerintahan terfokus pada ekonomi dan ditunjukkan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dari 4,5 persen tahun 2009 menjadi 6,2 persen pada semester I 2010.

"Banyak lembaga ekonomi yang memperkirakan akhir tahun 2010 bisa mencapai 6,5 persen, dan 2011 sebesar 6,9 persen," katanya.

Menurut Yani, pertumbuhan yang membaik itu disokong oleh berkembangnya semua sektor ekonomi seperti industri manufaktur yang menyumbang 3,5 persen pada semester I 2010.

Ke depan, Pemerintah melihat masih perlunya pengembangan dan perbaikan infrastruktur yang penting bagi perekonomian nasional.

Yani menambahkan, fundamental ekonomi Indonesia yang membaik serta stabilitas politik yang terjaga telah membuat banyak dana asing masuk ke Indonesia melalui pasar saham dan surat utang negara (SBN).

"Kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan performa terbaiknya. Jadi kita sudah berada di jalur yang tepat. Namun dibanding peluang yang ada, kerja rupanya belum optimal. Masih bisa ditingkatkan lagi," katanya.

Dia mengkritik sebagian pihak yang sinis terhadap pencapaian itu.

Yani juga menunjuk posisi Indeks Harga Saham Gabungan BEI yang melesat dari 2.500 pada Oktober 2009 menjadi 3.600 pada Oktober 2010, dan kurs rupiah menguat dari Rp9.365 per dolar AS menjadi Rp8.925 per dolar AS.

Sementara tingkat pengangguran terbuka menurun dari 9,0 persen (2009)menjadi 8,6 persen dan angka kemiskinan yang menurun dari 14,1 persen menjadi 13,3 persen.

Cadangan devisa meningkat dari 64,529 juta dolar AS menjadi 86,551 juta dolar AS, sementara Belanja Negara (APBN 2010) meningkat dari Rp1.000,8 trilliun menjadi Rp1.104,6 trilliun sedangkan nilai ekspor meningkat dari 11,88 miliar dolar AS menjadi 13,71 miliar dolar AS pada Agustus 2010.

Yani mengatakan, ke depan Presiden SBY akan terus fokus pada program pembangunan yang pro orang miskin, pro pertumbuhan, pro lapangan kerja dan pro lingkungan dengan terus mengupayakan keadilan dan kesamarataan.

Mengenai kemungkinan perombakan kabinet, Yani menilai evaluasi kinerja kabinet selalu dilakukan Presiden secara rutin dengan terus mengawasi jalannya program-program yang telah dicanangkan menteri-menterinya.

"Presiden SBY ingin meninggalkan warisan yang nantinya akan memberi kemudahan dan kepastian dalam pembangunan. Sehingga evaluasi merupakan bagian dari tanggungjawab dan hak preogatif beliau," katanya.(*)

D012/B013

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010