Jakarta (ANTARA) - Tidak banyak perusahaan dan merek di Indonesia yang mampu bertahan hingga di atas 50 tahun di tengah tantangan berat berbisnis di dalam negeri maupun global dan mereka yang mampu memiliki rahasia dan resep dalam membangun budaya kerja.

Pengamat bisnis dari Inventure, Yuswohady, mengatakan kultur atau core values yang kuat merupakan dasar suatu perusahaan bisa bertahan lama. Bentuk kultur tersebut, lanjut dia, bermacam-macam, misalnya inovatif, adaptif, punya operational excellence, dan kolaboratif.

"Jika perusahaan sudah berusia lebih dari 50 tahun, fondasi yang paling mendasar adalah kultur. Biasanya kalau perusahaan tersebut bertahan, kultur mereka sebetulnya sudah terbentuk. Kultur itulah yang juga menjadi landasan untuk bisa melanjutkan transformasi secara terus-menerus," katanya pada keterangan tertulis SWA Group, Rabu, dalam rangka Virtual Awarding Indonesia Living Legend Companies & Brands 2021.

Baca juga: Perusahaan BUMN bertahan di tengah pandemi COVID-19

Diakuinya, masalah strategi, digitalisasi, dan operasional memang penting, tetapi yang paling mendasar adalah kultur yang sudah terbentuk baik diarahkan ataupun tidak

Menurut Yuswohady perusahaan yang disebut living legend atau legendaris mampu membentuk kultur dengan evolving, baik dibentuk oleh karakter pendiri (founder) maupun oleh pemimpin yang kuat, sehingga bisa mewarnai nilai-nilai yang ada dalam perusahaan.

Terkait hal itulah SWA Group memberi apresiasi kepada perusahaan dan merek legendaris yang bertahan lebih dari 50 tahun.

"Perusahaan dan merek itu harus memiliki umur minimal 50 tahun, terus berkembang dan menjadi pemain utama di industrinya, atau di kategorinya (untuk merek). Jadi, perusahaan tersebut tetap tangguh, sehat, dan lincah,” kata Group Chief Editor SWA Kemal Effendi Gani mengungkapkan syarat perusahaan dan merek legendaris.

Ia mengatakan tidak banyak perusahaan atau merek yang bisa disebut legendaris. Penelusuran Tim Riset SWA tahun 2021, lanjut dia, ada sejumlah perusahaan dan merek yang usianya lebih dari 100 tahun dan saat ini tetap berkibar, baik swasta nasional maupun BUMN.

Perusahaan legendaris itu adalah PT Pura Barutama yang didirikan Ong Djing Tjong pada 1908, PT Aneka Gas Industri Tbk (1916), PT Tiga Raksa Satria Tbk (1919), dan PT PT Grand Kartech Tbk (1921).

Baca juga: Taspen: Kepercayaan kunci perusahaan asuransi bertahan saat pandemi

Sementara untuk merek yang telah berusia 100 tahun, di antaranya ada Kopi Warung Tinggi, Kecap Benteng Teng Giok Seng, Kecap Cap Orang Jual Sate, Jamu Iboe, Minyak Gosok Cap Tawon, Dji Sam Soe, Soda Cap Badak, dan Peci M Iming.

Sedangkan BUMN di antaranya ada PT Pindad (Persero) dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang berusia 200 tahun, kemudian PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Bio Farma (Persero) Tbk, dan PT Pegadaian (Persero) Tbk menyentuh 100 tahun.

Deretan merek produk dan perusahaan hebat versi majalah SWA itu mendapat apresiasi sebagai "Indonesia Living Legend Companies" dan "Indonesia Living Legend Brands."

"Tentu, kita berharap, deretan perusahaan dan merek Indonesia yang masuk dalam Living Legends semakin panjang, bahkan berusia hingga ratusan tahun, karena ini merupakan kekayaan yang luar biasa bagi negara kita," kata Kemal Gani.

Pada ajang itu SWA juga mengajak empat pimpinan perusahaan untuk berbagi resep perusahaan tetap kuat, sehat, dan tangkas sehingga bisa berusia lebih dari 50 tahun, yaitu Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Direktur Pelaksana PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata, Direktur Utama Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin, dan Direktur PT Mulia Knitting Factory Hanan Supangkat.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021