Jakarta (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga kapan pun akan tetap diperlukan bagi perkembangan internasional, kata peneliti LIPI, Rifki Muna, di Jakarta, Sabtu.

"PBB masih tetap relevan bagi perkembangan internasional karena merupakan satu-satunya organisasi terbesar di dunia yang memiliki kredibilitas yang tinggi," ujar Rifki dalam perbincangan dengan ANTARA terkait peringatan Hari Ulang Tahun ke-65 PBB pada 24 Oktober.

Peneliti LIPI itu menjelaskan bahwa PBB sebagai organisasi internasional yang beranggotakan hampir semua negara di dunia memiliki peran besar terutama bagi penyelesaian sengketa melalui perundingan.

"PBB harus memiliki inisiatif lebih untuk mengagendakan masalah-masalah yang sedang memanas, seperti sengketa Laut China Selatan, isu Myanmar, konflik di Timur Tengah dan isu lainnya," ujar Rifki.

Menurutnya, fungsi PBB itu tergantung dari kiprah dan kinerja setiap negara anggotanya dalam memanfaatkan organisasi.

Disinggung tentang kepemimpinan ASEAN yang akan diserahkan oleh Vietnam kepada Indonesia pada 2011, Rifki mengatakan keterkaitan antara ASEAN dan PBB amat penting untuk saling membantu mengatasi persoalan di kawasan tersebut.

"Kerja sama PBB dan ASEAN tentu saja memiliki andil yang besar dalam menyelesaikan persoalan di tingkat kawasan Asia Tenggara seperti masalah Myanmar dan persengketaan Laut China Selatan," ujar Rifki.

PBB yang dibangun dari organisasi Liga Bangsa-Bangsa, pada awalnya hanya beranggotakan 50 negara, namun seiring dengan perkembangan dan manfaatnya bagi setiap negara, organisasi yang didirikan pada 1945 itu kini beranggotakan 192 negara.

Dalam mewujudkan tujuannya, PBB memiliki lima asas yang menjadi landasan kegiatannya yang terdiri atas persamaan derajat, persamaan kedaulatan bagi negara anggotanya, persamaan hak dan kewajiban setiap negara anggota, serta penyelesaian sengketa dengan cara yang damai melalui perundingan.(*)
(T.KR-BPY/M043/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010