London (ANTARA News) - Wahyu Aditya , peraih penghargaan International Young Creative Entrepreneur of The Year (IYCEY) kategori Screen menularkan virus kreativitas yang dimilikinya kepada pelajar Indonesia di luar negeri yang tergabung dalam Persatuan Persatuan Pelajar (PPI) Dunia yang mengikuti symposium internasional.

"Saya berharap para pelajar Indonesia di luar negeri juga bisa menghasilkan ide ide yang brilian," ujar Wahyu Aditya kepada koresponden Antara London, disela sela simposium internasional yang digelar PPI Dunia, di London selama dua hari Sabtu dan Minggu.

Simposium Internasional bertemakan: "Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif" diikuti sekitar 100 peserta yang datang dari berbagai Negara termasuk Indonesia dibuka Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia Yuri Thamrin dengan pembicara utama Dubes RI di Amerika Serikat Dr Dino Pati Djalal.

Wahyu Aditya yang menekuni bisnis kreatif, meraih penghargaan dari British Council yang diberikan kepada pengusaha muda di bidang film itu mengakui bahwa pertemuan para pelajar sedunia ini sangat bermanfaat bagi para pelajar yang tengah menuntut ilmu di luar negeri.

Menurut Wahyu Aditya, yang mewakili Indonesia ke ajang serupa di tingkat dunia yang didakan di Apollo Theatre West End, London, bersaing bersama wakil dari Brazil, Polandia, dan Nigeria, China, dan India, PPI Dunia merupakan modal bagi para pelajar untuk berorganisasi sejak muda.

Pria kelahiran Malang, 4 Maret 1980 juga berhasil meraih penghargaan IYCEY tingkat dunia dan mendapat dana proyek senilai 7.500 poundsterling, berharap para pelajar yang datang dari berbagai Negara dapat membuat jejaringan yang lebih luas.


Fungsi Pengawasan

Sementara itu pembicara lain dalam Simposium Internasional diantaranya Direktur Eksekutif Institute Paramadina, Bima Arya Sugiarto PhD yang mengatakan organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di berbagai negara dapat memainkan fungsi pengawasan atau "watchdog" bagi berjalannya pemerintahan, seperti pengawasan atas efektifitas studi banding yang dilakukan pejabat ke luar negeri.

Diskusi interaktif bersama anggota PPI Dunia yang datang dari berbagai Negara diantaranya dari Brusel, Perancis, Libia,Iran,Mesir, Rusia, Austria, Jerman,Australia , Thailand, Turki, Swedia , Korea , Spanyol dan Philipina termasuk pelajar dari Indonesia dengan moderator Ketua Simposium PPI Andrew Soetedja.

Bima Arya Sugiarto yang juga Ketua DPP Partai Amanat Nasional, berharap PPI Dunia juga dapat bekerjasama dengan lembaga parlemen atau partai politik untuk memberikan data data yang dibutuhkan oleh para anggota DPR yang juga sering melakukan study banding dalam berbagai negara.

"Untuk mengurangi biaya tinggi dari studi banding, PPI memiiliki potensi kepakaran di berbagai bidang yang dapat dimanfaatkan oleh parlemen," ujarnya dan partai politik harus siap dan terbuka untuk bekerjasama dengan PPI di berbagai Negara.

Dalam kesempatan itu Bima Arya Sugiarto juga mengingatkan bahwa Indonesia akan terancam kehilangan kemampuan untuk dapat berkompetisi secara global jika gagal untuk menata sektor edukasi, dengan menyiapkan sumberdaya manusia yang cukup untuk mendorong bangkitnya sector sector industru strategis seperti pertambangan, maritime dan industry kreatif.

Menurut Bima Arya sugiarto, saat ini jumlah pakar di bidang tersebut masih jauh dari memadai untuk membawa Indonesia pada kancah persaingan global. "Saya menangkap semangat yang luar biasa untuk memperbaiki bangsa dari teman-teman PPI sedunia," ujarnya.

Bima Arya Sugiarto juga melihat tantangan utama adalah bagaimana para alumni luar negeri dapat memelihara "fighting spirit" dan merawat jaringan ketika berkiprah di Indonesia.

Selain itu alumni secara individu harus mampu membangun kompetensi personal dan tidak hanya mengandalkan jargon-jargon perubahan dan anak muda saja, demikian Bima Arya Sugiarto.

Simposium internasional PPI Dunia yang juga membahas pembentukan organisasi PPI Dunia yang menyepakati pembentukan forum komunikasi juga mengelar teleconference bersama Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu.

Selain itu juga tampil pembicara lainnya President Commissioner PT Panasonic Gobel Indonesia, Rachmat Gobel, Michael CNCG Putra dari CO2, Policy and Positions Analyst, Shell serta Atase Perdagangan KBRI London Merry Maryati. (ZG/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010