Bengkulu (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Kepahiang Bengkulu mencatat terjadi 264 kali gempa susulan pascagempa berkekuatan 7,2 pada skala richter yang mengguncang Mentawai, Sumatra Barat pada Senin (25/10) malam.

"Seismograf Kepahiang menunjukkan sudah ada 264 gempa susulan dimana 20 kali gempa berkekuatan di atas 5 skala richter," kata Kepala BMKG Stasiun Kepahiang, Dadang Permana yang dihubungi lewat telepon seluler dari Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan gempa Mentawai diakibatkan gesekan dua lempeng aktif Indoaustralia dan Eurasia yang memanjang di perairan pantai Barat Sumatra.

Gempa berkekuatan 7,2 SR yang mengguncang Sumatera Barat, Senin (25/10) pukul 21.42:20 WIB dan mengakibatkan tsunami yang menewaskan 400 orang lebih.

Pusat gempa berada di 3.61 Lintang Selatan - 99.93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 kilometer, berlokasi di 78 km barat daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera barat.

Getaran gempa cukup kuat dirasakan sejumlah warga di kota Padang dan membuat sebagian warga memilih untuk menyelamatkan diri ke luar rumah.

Gempa susulan berkekuatan 6,2 pada SR yang terjadi pad Selasa (26/10) sekitar pukul 02.37 Wib mencemaskan warga Bengkulu karena getarannya terasa cukup kuat.

"Kami merasa cemas akan terjadi gempa susulan tersebut, setelah gempa pertama ada dua kali lagi gempa susulan, namun kali ini terasa cukup kuat," kata warga Desa Air Dikit Kabupaten Muko Muko Zakaria.

Gempa dan tsunami Mentawai membuat pemerintah Provinsi Bengkulu menyatakan siaga bencana.

"Saya sudah intruksikan kepada seluruh Bupati dan Wali Kota agar siaga dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat,"kata Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010