Jakarta  (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, melemah  90 poin menjadi Rp11.300/11.350 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 11.210/11.220, karena pelaku pasar masih memburu mata uang asing itu.

Pengamat pasar uang, Farial Anwar, mengatakan merosotnya rupiah  diakibatkan masih tingginya kebutuhan pelaku pasar terhadap mata uang itum  sedangkan pasokan dolar AS ke pasar agak seret.

"Kami memperkirakan rupiah akan kembali terpuruk pada sore nanti melihat perdagangan pagi ini permintaan pasar cukup besar," katanya.

Meski demikian, katanya, Bank Indonesia (BI) akan berusaha menahan tekanan itu dengan masuk ke pasar dan memantau kegiatan perdaganan bank-bank asing yang melakukan traksaksi valas, katanya.

Rupiah sejak berada di kisaran Rp10.950 sampai Rp11.000 per dolar AS yang sempat bertahan dalam dua minggu mulai pekan ini terus terpuruk hingga mendekati angka Rp11.300 per dolar AS.

Hal ini disebabkan seretnya pasokan dolar AS di pasar domestik, apalagi pelaku lokal lebih suka memegang dolar ketimbang rupiah, tuturnya.

Menurut Farial, kebutuhan pasar terhadap dolar AS kemungkinan karena emosial saja bukan berdasarkan kebutuhan, apalagi pemerintah masih menerapkan sistem regim devisa bebas yang kurang menguntungkan bagi pergerakan rupiah.

Seretnya stok dolar terutama disebabkan kebutuhan dolar AS di pasar global sangat besar terutama di Amerika Serikat dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih melambat.

Apalagi investor asing, menurut dia juga sangat hati-hati dalam menempatkan dananya di pasar domestik, karena menyimpan dana di suatu negara yang beresiko mereka merasa tidak nyaman.

Akibatnya aktifitas perdagangan valas di pasar domestik agak lesu, karena investor asing membatasi ruang geraknya. (*)

Copyright © ANTARA 2009