Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan Pemantauan gempa vulkanik dan efek letusan Merapi kini tidak lagi eksplosif, sementara suara dentuman juga jarang, sehingga aktivitas Gunung Merapi kini tinggal mengandalkan alat seismik.

"Indikator hasil pemantauan yang kini hanya mengandalkan pemantauan seismik, hingga siang ini tercatat gempa vulkanik 18 kali dan luncuran awan panas sebanyak 11 kali terpantau dari sejumlah pos pemantauan," kata Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Sukhyar di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, untuk aktivitas pada Senin (1/11) tercatat ada 177 kali guguran material, gempa "multiphase" sebanya 17 kali dan terekam "low frekuensi" sebanyak tujuh kali.

"Letusan Merapi tidak lagi eksplosif, kami melihat magma sudah mulai keluar dan jadi awan panas serta guguran material, harapannya ini menandakan makin kecil energi Gunung Merapi. Meski masih ada letusan, guguran material dalam jumlah kecil saja," paparnya.

Sedangkan untuk volume material yang dikeluarkan Gunung Merapi diperkirakan sudah mencapai 11 juta meter kubik dari hasil erupsi Selasa (26/10) dan Sabtu (30/10).

"Sementara waktu, tim pemantau Merapi memang tidak meneliti mendetail dan hanya melakukan sampling bahan-bahan material serta melihat titik terjauh hasil erupsi. Petugas tidak direkomendasikan untuk melihat dari dekat sejumlah lembah di hulu sungai karena kondisi yang masih berbahaya," ucapnya.

Ia mengatakan, gelombang yang rendah atau "low frekuensi" (LF) menandakan pergerakan magma ke permukaan lebih mudah.

"Sistem yang terbuka memudahkan magma menuju puncak, namun memang belum diketahui apakah sudah terlihat adanya pembentukan kubah lava di kawah baru yang dapat terpantau," katanya.

Sukhyar mengatakan, sebelum sistem terbuka, terjadi penggembungan lereng Merapi dan terjadi deformasi di sisi selatan gunung.

"Andalan pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Merapi kini memang alat-alat seismik yang masih bisa kirimkan sinyal. Prisma untuk mengukur adanya deformasi sudah rusak kena terjangan awan panas," paparnya.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Sleman Heru Suparwoto, mengatakan ada sesuatu yang berbeda di puncak, namun belum bisa memastikan indikasik terbentuknya kubah lava, karena sepanjang siang hingga sore puncak gunung tertutup kabut.

"Pagi hari terpantau adanya awan panas dan guguran material dengan jarak luncur tak terlalu jauh, belum terpantau adanya kubah lava," katanya. (*)

V001/C004/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010