Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Nasional Komite Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono, meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyelidiki penawaran saham perdana (IPO) PT Krakatau Steel (KS) yang diduga diwarnai "permainan" terkait harganya dinilai terlalu rendah.

"Patut diduga ada pat- gulipat dalam IPO PT Krakatau Steel," kata Arief Poyuono di Jakarta, Rabu.

Dia berpendapat bahwa harga saham perdana PT KS Rp850/lembar sangat tidak masuk akal kalau ditinjau dari keadaan pasar saham di Indonesia yang saat ini kecenderungannya terus menguat (bullish).

Selain itu, permintaan baja dunia kemungkinan juga berbalik naik (rebound) pada tahun ini, bahkan menurut Asosiasi Baja Dunia (WSA) akan mencapai rekor tinggi pada 2011.

PT KS sendiri juga menunjukkan kinerja yang baik dilihat dari laporan keuangannya yakni mencatatkan laba bersih hingga semester pertama 2010 sebesar Rp997,75 miliar atau lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya Rp800 miliar.

Dia mengatakan data lain yang memperkuat adanya dugaan "permainan" adalah informasi yang didapat di lapangan bahwa investor lokal menawar harga saham PT KS di atas Rp1.000 per saham, sementara investor asing menawar saham PT KS di kisaran Rp800-Rp1.000 per saham.

Calon pembeli lokal diperkirakan akan membeli 60 persen dari jumlah saham yang ditawarkan pada saat IPO, sementara sisanya berasal dari asing.

"Jika benar demikian, tentunya penawaran harga saham PT KS IPO harus lebih tinggi dari level Rp1.000," kata Arief.

Biasanya, lanjut Arief, harga penawaran perdana yang rendah didasarkan pada asumsi terjadi perbedaan informasi antara berbagai pihak terhadap nilai saham yang baru tersebut.

"Patut dicurigai adanya alokasi penjualan saham IPO PT KS kepada calon investor yang akan menguntungkan segelintir orang atau golongan," kata Arief.

Menurutnya, pihak-pihak yang turut memberi ijin terhadap privatisasi PT KS harus diperiksa.

"Patut diduga ada penjatahan saham PT KS ke sejumlah pejabat tertentu. Harga dipatok murah sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan maksimal," kata Arief.


(S024/A033/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010