Jakarta (ANTARA News) - Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana memfasilitasi beberapa ilmuwan Singapura yang tergabung dalam "Earth Observatory of Singapore" untuk melakukan kajian ilmiah setelah tsunami di Pulau Pagai Selatan dan Pagai Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

"Sasaran dari survey ini utamanya adalah untuk melakukan pengukuran secara ilmiah dan sistematik dari tinggi gelombang di pantai, jauhnya limpasan tsunami, serta tinggi hempasan gelombang," kata Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, dalam pernyataan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Tim dari Singapura itu melakukan penelitian bersama dengan Tim Survey Tsunami Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Rencananya, kedua tim akan berangkat menuju lokasi bencana pada Jumat (5/11). Tim akan berangkat dengan menggunakan KM Andalas, kapal kargo-penumpang dengan panjang 27 meter yang biasa dipakai LIPI untuk penelitian gempa dan tsunami di

Mentawai selama bertahun-tahun.

Tim akan melakukan survey lapangan selama 14 hari.

Menurut Andi Arief, hasil kajian tim akan membantu para ahli untuk lebih memahami apa yang sudah terjadi di Mentawai.

"Data akurat dari tinggi gelombang, jauhnya limpasan, dan run-up adalah data primer yang sangat esensial untuk validasi dari pengembangan model simulasi tsunami," katanya.

Simulasi diharapkan bisa membantu para ahli untuk mengetahui di mana sumber patahan gempa yang membangkitkan tsunami tersebut.

Para peneliti yang tergabung dalam tim tersebut adalah DR Danny Hilman (LIPI), Prof. Kerry Siech (Singapura), Ir. Bambang Widyoko, M.SC. (LIPI), DR. Jose Borrero (Amerika), DR. Herman Fritz (Amerika), DR. Li Lin-Lin (Singapura), Mr. Qiu

Qiang (NTU Singapura), Mr. Tius (Kandidat Doktor Great-CrATER ITB), DR. Eko Yulianto (LIPI), Prof. DR. Kenzi Shitake (Jepang), DR. Nishimura (Jepang), dan Purna (Kandidat Doktor-Jepang).
(T.F008/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010