Singaraja (ANTARA News) - Warga Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, membantah isu yang beredar yang menyebutkan warga adat akan menjadikan wartawan sebagai target kekerasan ketika mereka kembali melakukan peliputan di kawasan desa tersebut.

Kepala Desa Adat Lemukih Jro Nyarik Gede Widarta, di Singaraja, Kamis mengatakan, isu yang menyebutkan bahwa warga adat Lemukih akan melakukan kekerasan kepada wartawan, sama sekali tidak benar.

"Kami justru sangat berterima kasih kepada rekan-rekan media massa yang sudah mengungkap semua kejadian di Desa Lemukih, terkait dengan sengketa tanah yang saat ini belum mendapat penyelesaian, meski telah berpuluh tahun berlangsung," ujarnya.

Isu tersebut beredar setelah pihak Polres Buleleng melakukan penangkapan terhadap sejumlah warga Lemukih yang terlihat dalam aksi kerusuhan.

Polisi melakukan penangkapan kepada sejumkah warga itu berdasarkan atas gambar baik foto maupun video yang diduga bersumber dari wartawan yang turun melakukan peliputan di Desa Lemukih saat aksi pembakaran rumah berlangsung sejak 5 hingga 22 Oktober 2010.

Gede Harja Astawa SH, penasihat hukum pihak Desa Adat Lemukih, mengaku sempat mendengar isu tentang akan dijadikannya wartawan sebagai target kekerasan jika mereka kembali melakukan peliputan di kawasan Desa Lemukih.

"Saya dengan itu, tapi semuanya tidak benar. Selama ini, warga Desa Lemukih bahkan sangat berterima kasih dengan kehadiran rekan-rekan media massa yang melakukan peliputan di kawasan tersebut," katanya.

Dengan adanya peliputan, kata dia, tentu ada bentuk kontrol sosial terkait penyelesaian sengketa tanah yang selama ini tidak pernah mendapat perhatian dari pihak yang berwajib, kata Harja.

Menurutnya, isu tersebut bahkan sempat mendapatkan pembahasan pada rapat internal adat Desa Lemukih.

Dari rapat itu, beberapa warga masyarakat mengaku terkejut setelah mendengar informasi beredarnya isu tersebut.

Harja yang juga mewakili warga adat, mengaku berani memberikan jaminan keselamatan terhadap semua wartawan yang memasuki Desa Lemukih, walau bukan untuk tujuan melakukan peliputan.

"Kecuali itu dilakukan oleh pihak lain di luar masyarakat Desa Lemukih, kami tidak berani menjamin, kata Harja.

Menurut dia, bisa saja wartawan kemudian dianiaya oleh orang yang memiliki kepentingan tertentu, yakni segala kejadian penangkapan, termasuk penyelesaian sengketa tanah, kemudian menjadi lain.

Harja mengaku sempat mendapat informasi dari warga Desa Lemukih, yang menyebutkan belakangan ni mendengar isu akan dilakukannya tindak kekerasan terhadap beberapa oknum wartawan yang tidak netral, dan berpihak dalam mengulas kejadian di kawasan tersebut.

"Namun itu semua adalah tidak benar. Tidak ada warga Lemukih yang akan menyerang wartawan," katanya menjelaskan. (ANT-200/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010