ini harus kita pelajari dulu bagaimana alatnya bekerja
Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, mempertimbangkan penggunaan alat pelacakan kontak erat warga terpapar COVID-19 "Bluepass" sebagai upaya menekan penularan virus corona di kota kepulauan itu.

Sekda Kota Batam Jefridin Hamid mengatakan Singapura bermaksud membantu penggunaan Bluepass di Kota Batam. Namun Pemkot Batam masih harus mempertimbangkannya.

Baca juga: Tingkat kematian akibat COVID-19 di Batam naik jadi 2,961 persen

"Singapura rencana membantu 1 juta alat Bluepass, tapi ini harus kita pelajari dulu bagaimana alatnya bekerja," kata Sekretaris Daerah Kota Batam Jefridin usai mengikuti rapat koordinasi penggunaan Bluepass bersama KBRI di Singapura melalui virtual di Batam, Jumat.

Sekda menyampaikan dalam pertemuan virtual, pihak Singapura membuka kerja sama penggunaan Bluepass dalam penelusuran dan pelacakan kontak erat pasien COVID-19 di Batam.

Baca juga: Wakil Wali Kota sebut pengendalian COVID-19 di Batam membaik

Rencana penggunaan Bluepass itu, kata dia, akan disampaikan kepasa Wali Kota Muhammad Rudi untuk diambil keputusan.

Bluepass merupakan alat penelusuran COVID-19 digital yang bentuknya menyerupai flash disc.

Alat yang sudah diuji coba di BNPB itu mencatat interaksi pemakainya dengan orang-orang dalam waktu lebih dari 15 menit dan dengan jarak kurang dari dua meter sesuai dengan karakteristik penularan Virus Corona.

Baca juga: Angka penularan COVID-19 di Batam mulai melandai

Dengan begitu, apabila pemakainya terkonfirmasi positif COVID-19, maka bisa diketahui dengan cepat siapa saja kontak eratnya.

Alat serupa sudah disimulasikan di Kawasan Wisata Lagoi Kabupaten Bintan, Kepri dan dinilai berhasil.

Penggunaan Bluepass di Lagoi merupakan upaya pihak pengelola, dalam bersiap menyambut kembali wisatawan mancanegara.

Baca juga: Wali Kota Batam targetkan akhir Agustus penularan COVID-19 melandai

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021