New Delhi (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Senin menyatakan dukungan terhadap India untuk mendapatkan posisi sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dalam sebuah acara puncak simbolis dari kunjungan tiga harinya di negara itu.

Obama sekaligus mengajak negara demokrasi terbesar di dunia itu untuk menempati haknya dalam pertemuan negara kuat dunia melalui pernyataan tersebut, dan memuji India sebagai mitra AS yang sangat penting, ia menyatakan hal itu terkait "kemenangan" kebijakan luar negeri Perdana Menteri Manmohan Singh dalam pidato di Parlemen India.

Namun pada saat yang bersamaan, ia mengingatkan bahwa semakin besar kekuatan yang dipunyai India maka semakin besar pula tanggung jawabnya, seperti kritik yang disampaikannya terkait kegagalan India dalam mengawal penegakan hak asasi manusia di negara tetangga Myanmar.

Langkah tentang kursi di Dewan Keamanan PBB tersebut, dengan mengintensifkan proses tawar menawar reformasi PBB yang memakan waktu bertahun-tahun, dipandang sebagai upaya insentif oleh pemerintahan Obama yang ingin membuka keran ekspor ke India guna membuka jutaan lapangan kerja di AS.

"Pemerintahan internasional yang adil dan berkelanjutan yang Amerika inginkan adalah termasuk peran PBB yang efisien, efektif, terpercaya dan berlegitimasi," kata Obama, yang menyimpulkan bahwa India telah menjadi negara kuat dalam konteks global.

"Hal itu adalah alasan mengapa saya dapat mengatakan pada hari ini -- tahun-tahun mendatang, saya mengharapkan tercapainya sebuah reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB yang memasukkan India sebagai anggota tetap," katanya yang mengundang tepuk tangan massa.

Meskipun telah menyatakan dukungannya terhadap India untuk kursi anggota tetap di Dewan Keamanan PBB, Washington sebelumnya pernah menghentikan dukungan penuh terhadap upaya itu.

Saat ini, kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB adalah Amerika Serikat, China, Rusia, Prancis dan Inggris. Sedangkan India, Jepang, Brazil dan Jerman telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan kelima negara kuat itu.

Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka harus bekerja keras tentang bagaimana institusi yang dibentuk pasca Perang Dunia II itu dapat direformasi untuk merefleksikan keadaan geopolitik baru serta mengatakan bahwa India harus menunggu momen yang tepat.

Kunjungan Obama ke India dan tur Asianya saat ini, mencerminkan cepatnya pertumbuhan ekonomi India dan pergeseran kekuatan menuju negara-negara berkembang sebagai akibat dari krisis keuangan global yang melanda negara-negara Barat.

Ketika memuji India, Obama juga menantang negara itu untuk mempertahankan cita-cita demokrasi mereka dan mendorong India agar menjadi negara yang menonjol dalam hal itu.

Sebagai contoh, ia menyindir India tentang perlakuan mereka terhadap Myanmar, yang menggelar pemilu Senin namun Obama memandang hal itu sebagai penipuan demokratis tertindas, seperti yang mereka lakukan di Burma (Myanmar), maka pendukung demokrasi di dunia tidak bisa tinggal diam," katanya.

"Berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia yang menyedihkan itu, merupakan tanggung jawab komunitas internasional, terutama bagi negara pemimpin seperti Amerika dan India, untuk mengutuknya," tambahnya.

"Jika saya boleh terus terang, dalam forum internasional, India seringkali menghindar dari isu-isu seperti itu," katanya.

Obama juga berbicara tentang Pakistan, mitra utama AS dalam anti terorisme sekaligus seteru abadi India yang menuduh mereka sebagai pendukung kelompok ekstrimis yang merencanakan serangan lintas perbasatasan seperti yang terjadi pada November 2008 di Mumbai.

"Kami akan terus menegaskan kepada para pemimpin Pakistan bahwa teroris yang hidup dalam lingkup perbatasan mereka tidak dapat diterima, dan teroris yang berada di balik penyerangan Mumbai harus diadili," kata Obama.

Singh mengatakan bahwa kedua negara tersebut kini bekerja sebagai mitra sejejar dalam hubungan strategis.

Pidato Obama itu akan menjadi sorotan luas di Asia, terutama di China yang akan menambahkan muatan geopolitik menjelang upaya pembicaraan antara Obama dan Presiden Hu JIntao di Seoul pekan ini.

Dalam sebuah pernyataan hati-hati Kementrian Luar Negeri Pakistan mengatakan bahwa dukungan AS terhadap India tersebut telah menambah rumitnya proses reformasi Dewan Keamanan PBB, serta Pakistan mengharapkan bahwa AS tidak akan terlena oleh politik kekuasaan.

Hubungan antara New Delhi dan Washington, ditandai dengan ketidakpercayaan dan nuansa permusuhan selama Perang Dingin, dimulai kembali oleh mantan presiden AS Bill Clinton pada 1990an dan diikuti oleh penggantinya George W. Bush.

Obama mengakhiri kunjungannya dengan menghadiri acara jamuan makan malam resmi, dan ketika bersulang sekali lagi ia memuji PM Singh dan negara yang dipimpinnya.

"Dari keadaan yang luar biasa sulit, India telah mencapai sesuatu hal yang tidak pernah diprediksi orang banyak," katanya.

Pada Selasa sore ini Obama dijadwalkan tiba di Jakarta, Indonesia sebelum bertolak ke Korea Selatan guna menghadiri pertemuan negara G20 dan menghadiri pertemuan pemimpin APEC di Jepang.
(KR-PPT/H-RN)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010