Jakarta (ANTARA News) - Penulis tujuh buku tentang Obama, Damien Dematra, mengaku tidak kecewa meski hingga Selasa siang tidak menerima undangan untuk hadir dalam kegiatan kunjungan Presiden Amerika Serikat itu di Jakarta.

"Saya tak kecewa meski telah banyak menulis tentang Obama. Ketemu Obama itu bonus, yang penting nilai-nilai dari Obama seperti berani bermimpi, berbuat sesuatu, pluralisme, bisa diterima anak-anak Indonesia," kata Damien di Jakarta, Selasa.

Damien mengemukakan hal itu setelah acara penyerahan piagam Museum Rekor Indonesia atas bukunya yang berjudul "Obama dan Pluralisme". Acara tersebut berlangsung di SD Fransiskus Asisi di jalan KH Ramli, Menteng Dalam, Tebet Jakarta Selatan. Sekolah itu tempat Obama belajar selama tiga tahun akhir tahun 60-an.

Karya itu memecahkan rekor MURI sebagai buku paling tebal yaitu 34 centimeter dengan 5.247 halaman. "Obama dan Pluralisme" merupakan buku ketujuh yang dibuat Damien tentang Obama.

"Kalau diundang (datang ke acara) saya akan berikan buku itu ke Obama," kata Damien. Dia mengaku telah dikontrak stasiun televisi swasta sebagai komentator dalam siaran liputan kunjungan Obama di Jakarta.

Damien mengatakan buku itu dibuat dalam waktu kurang dari satu tahun dan pencetakannya dikerjakan oleh hampir 40 orang dalam waktu lima hari lima malam.

Kepala sekolah SD Asisi, Yustinah, mengatakan pihaknya tidak melakukan persiapan atas kunjungan Obama. "Anak-anak adalah yang paling kecewa karena Obama hampir pasti tak berkunjung ke sekolahnya ini. Obama sudah sangat menginspirasi anak-anak, wajar mereka kecewa," kata Yustinah.

Di SD tersebut tak ada spanduk selamat datang kecuali umbul-umbul merah putih dan sponsor.

Sementara itu pendiri MURI, Jaya Suprana mengatakan dirinya belum sempat membaca buku tersebut namun dia setuju bahwa Obama adalah figur pluralisme.

"Obama mungkin satu-satunya figur pluralisme, karena tetap mendukung pendirian Islamic Center tak jauh dari lokasi serangan 9/11, dia juga gigih menentang rencana pembakaran al Quran. Sebenarnya, rakyat AS belum bisa menerima pluralisme karena sentimen budaya dan agama lebih kuat. Buktinya mereka masih susah menerima Islam di Amerika," kata Jaya Suprana. Dia terlambat datang ke acara penyerahan itu. " Jalanan macet sekali," katanya.

Jaya mengatakan Obama merupakan figur pendobrak.

(BER/A038/BRT)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010