Tasikmalaya (ANTARA News) - Partisipasi masyarakat khususnya pelajar terhadap organisasi Pramuka dalam upaya pembentukan karakter bangsa harus merata hingga daerah terpencil, kata Wakil Gubernur Jawa Barat, juga ketua Kwarda Pramuka Jabar, Dede Yusuf.

"Kalau kita melihat dari jumlah unit pendidikan tentu Jawa Barat itu puluhan ribu gugus depan, tentu fasilitas-fasilitas itu tidak dapat mengakomodir semua," kata Dede saat menghadiri kegiatan Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KPD) tingkat IV se-Priangan Timur di Markas Kostrad Brigif 13 Galuh, Tasikmalaya, Rabu malam.

Ia mengakui belum meratanya pramuka di setiap daerah terpencil di Jawa Barat karena terkendala dari kurangnya jumlah pembina dan gugus yang berada disetiap daerah Kabupaten maupun Kota.

Jawa Barat yang memiliki daerah cukup luas, kata Dede baru memiliki 24 ribu sekolah atau sekolah yang sudah ada gugus depan, sehingga belum terkomdir seluruh daerah.

Upaya meningkatkan partisipasi Pramuka ke daerah terpencil, kata dia pihaknya terus melakukan dengan pembentukan dan penambahan pembina dengan melakukan pelatihan-pelatihan.

Selain itu kata Dede pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan kepala daerah dalam menambahkan pembina juga ikut membantu dalam anggaran sesuai dengan kemampuannya.

"Nanti ada jaminan hukum, Pramuka tidak boleh ragu-ragu lagi, karena ini bukan organisasi terlarang," katanya.

Sementara itu Ketua Andalan Urusan Wilayah Priangan Timur, Darusman mengatakan bagian wilayah Garut, Ciamis, Banjar dan Tasikmalaya masih banyak daerah-daerah terpencil yang kekurangan pembina Pramuka.

Menurut dia kekurangan pembinaan tersebut dapat menghambat memberikan pelatihan pendidikan tentang kepramukaan dalam pembentukan karakter bangsa di pelosok daerah terpencil.

Idealnya jumlah pembina di satu kwarcab itu, kata Darusman sebanyak 20 orang pembina, sementara dibeberapa daerah di wilayah Priangan Timur masih kekurangan.

"Harus ditambah pembina-pembinanya, makanya sekarang ini digiatkan pelatihan-pelatihan pembentukan pembina," kata Darusman.

Sementara itu, partisipasi terhadap organisasi Pramuka di tingkat daerah, menurut Darusman selalu terjadi penyusutan di usia 16 hingga 17 tahun atau pada masa sekolah tingkat SMA.

Sedangkan tingkat partisipasi pelajar yang gemar berorganisasi Pramuka, Darusman menilai banyak terjadi di kalangan SD dan SMP.

"Rentan menurunnya semangat untuk aktif di Pramuka itu terjadi di usia 16 dan 17 tahun pada massa SMA," katanya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010