Jakarta (ANTARA) - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Komet adalah benda angkasa yang beredar mengelilingi matahari, bercahaya seperti bintang, bagian tengahnya bercahaya terang, dan berekor panjang menyerupai kabut.

Sementara Akbar artinya besar. Sebagian orang percaya bahwa nama adalah doa. Namun untuk menjadi seseorang yang besar dan bersinar, tentu saja dibutuhkan perjuangan dan kerja keras. Itulah yang dilakukan atlet para tenis meja, Komet Akbar.

Meski kondisi tangan kanannya tak sempurna, Komet mampu menjelma menjadi atlet para tenis meja andalan Indonesia di berbagai kompetisi dunia, termasuk di Paralimpiade Tokyo 2020 nanti.

Dia memastikan diri tampil di pesta olahraga terbesar di dunia untuk atlet disabilitas tersebut setelah menjadi yang terbaik di Kejuaraan Para Tenis Meja Asia 2019 di Taichung, Taiwan, untuk nomor perorangan putra kelas 10. Ketika itu, pada final, dia mengalahkan sang kompatriot David Jacobs.

Selain nomor perorangan, dalam ajang tersebut Komet juga meraih emas di nomor beregu kelas 10 putra bersama David Jacobs dan Varly Jerico Tilaar.

Baca juga: Profil atlet Paralimpiade: David Jacobs, atlet segudang prestasi

Perjuangan Komet hingga akhirnya bisa tampil di Paralimpaide Tokyo tentu saja tidak mudah. NPC Indonesia dalam akun Instagram resminya bercerita perjalanan panjang telah dilalui pria asal Pomalaa, Sulawesi Tenggara tersebut.

Mengenal olahraga tenis meja ketika berusia delapan tahun, Komet kecil harus mau membersihkan meja dan menyiapkan teh untuk senior-seniornya agar bisa berlatih di daerahnya.

Meski memiliki keterbatasan pada tangan kanannya, semangat dan kemauan Komet begitu keras. Hingga akhirnya, Komet berhasil meraih sejumlah gelar mulai dari tingkat daerah, nasional, hingga internasional.

Dalam perjalanannya sebagai atlet para tenis meja, Komet juga telah merasakan kerasnya hidup. Turun naik dalam karier ia rasakan.

Ketika memutuskan hijrah ke Jakarta pada 2004, Komet memulai perjalanannya sebagai atlet tenis meja tanpa pelatih khusus. Hingga takdir membawanya bergabung dengan NPC Indonesia pada tahun 2010.

Dari sini Komet mulai menunjukkan kemampuannya. Ia pun mulai membawa Merah Putih di pentas dunia. Seperti di ASEAN Para Games 2011 di Surakarta.

Baca juga: Profil atlet Paralimpiade: Adyos Astan, tertua di Kontingen Indonesia

Setelah itu, pundi-pundi medali Komet raih di berbagai ajang internasional. Penampilan perdana Komet di single event berskala internasional terjadi di Lignano Master Open 2012 di Italia.

Berdasarkan data dari Federasi Tenis Meja International (ITTF) khusus atlet disabilitas, Komet kala itu keluar sebagai juara di nomor beregu kelas 10 bersama David Jacobs.

Kemudian pada 2013 ia bersama David Jacobs kembali menjadi juara di nomor beregu kelas 10 Bayreuth Open di Jerman. Pundi-pundi medali pun berhasil ia kumpulkan, untuk selengkapnya bisa dilihat di akhir artikel ini.

Dalam multievent, ia pernah meraih perak dan perunggu di Asian Para Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, masing-masing untuk nomor beregu kelas 9-10 dan perorangan kelas 10.

Prestasi terbesarnya adalah meraih dua emas di Kejuaraan Para Tenis Meja Asia pada 2019. Kini, Komet pun membidik hasil terbaik di Paralimpiade Tokyo.

Komet diharapkan dapat meraih hasil maksimal, mengingat para tenis meja menjadi salah satu cabang andalan Indonesia di pesta olahraga terbesar di dunia untuk atlet disabilitas tersebut.

Komet Akbar, teruslah bercahaya seperti arti yang ada pada namamu. Selamat berjuang Komet!

Baca juga: Menpora kukuhkan dan lepas kontingen Indonesia ke Paralimpiade Tokyo

Biodata singkat

Nama: Komet Akbar
Tempat, tanggal lahir: Pomalaa, 10 Januari 1986
Cabang olahraga: Para tenis meja

Prestasi

Major titles
Emas - Asian Championships 2019 - perorangan class 10
Emas - Asian Championships 2019 - beregu class 10

Major medals
Perak - Asian Championships 2015 - beregu class 10
Perak - 2014 Asian Para Games 2014 - beregu class 9-10
Perunggu - Asian Para Games 2014 - perorangan class 10
Perunggu - World Championships 2014 - beregu class 9-10
Perak - Asian Championships 2013 - beregu class 10
Perunggu - Asian Championships 2013 - perorangan class 10

Minor medals
Perak - Para Finland OpenMatti Launonen Memorial 2019 - beregu class 10
Emas - Para Czech Open 2019 - beregu class 10
Emas - Para Egypt Open 2019 - beregu class 10
Perak - Para Egypt Open 2019 - perorangan class 10
Emas - Copa Tango XVI 2018 - beregu class 9-10
Perunggu - Copa Tango XVI 2018 - perorangan class 10
Emas - 2nd PTT Spanish Open 2018 - beregu class 10
Emas - PTT Indonesia Open 2018 - beregu class 10
Perunggu - PTT Indonesia Open 2018 - perorangan class 10
Emas - US Open 2017 - beregu class 9-10
Perunggu - US Open 2017 - perorangan class 10
Perak - IV Para Table Tennis Open Ciutat del Prat 2017 - beregu class 10
Perunggu - Indonesia Para Table Tennis Open 2016 - perorangan class 10
Emas - Lignano Master Open 2016 - beregu class 9-10
Emas - PTT Thailand Open 2015 - beregu class 10
Emas - 3rd Bayreuth Open 2015 - beregu class 10
Emas - Slovakia Open 2015 - beregu class 10
Emas - 12th Slovenian Open 2015 - beregu class 10
Emas - Romania International Table Tennis Open 2014 - beregu class 10
Perunggu - Romania International Table Tennis Open 2014 - perorangan class 10
Emas - 2nd Bayreuth Open 2013 - beregu class 10
Perunggu - Slovakia Open 2012 - beregu class 10
Perunggu - Korean Veterans PTT Tournament 2012 - perorangan class 10
Perunggu - Korean Veterans PTT Tournament 2012 - beregu class 10
Emas - Lignano Master Open 2012 - beregu class 10

Baca juga: Target lima medali di Paralimpiade Tokyo penuh perhitungan
Baca juga: Indonesia kirim atlet terbanyak sepanjang sejarah di Paralimpiade

Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021