Karachi (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan yang bersenjatakan senapan dan bom truk menghancurkan kantor polisi di kota terbesar Pakistan, Karachi, Kamis, menewaskan 18 orang dan melukai sekitar 100 lain, kata beberapa pejabat.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan, sekelompok militan melepaskan tembakan terlebih dulu sebelum meledakkan bom, dan ia membandingkan serangan itu dengan penyerbuan besar yang menewaskan 60 orang di hotel bintang lima Marriott di Islamabad pada September 2008.

Taliban Pakistan segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan keamanan pemerintah di Karachi, kota berpenduduk 16 juta jiwa di wilayah selatan yang jauh dari pangkalan gerilyawan tersebut di Pakistan baratlaut.

Karachi adalah ibukota ekonomi Pakistan, tempat pasar saham dan pelabuhan Laut Arab dimana perbekalan NATO berlabuh untuk kemudian dikirim dengan truk melalui jalan darat ke Afghanistan untuk menunjang 150.000 prajurit asing pimpinan AS yang memerangi Taliban Afghanistan.

Sejumlah saksi dan polisi mengatakan bahwa bangunan milik Departemen Penyelidikan Kejahatan (CID) kepolisian itu roboh dan memerangkap orang-orang dalam reruntuhan.

Seorang wartawan AFP melihat puluhan kendaraan hancur dan rusak setelah serangan itu, sementara petugas penyelamat mengusung korban ke dalam ambulan.

"Bangunan itu hancur sepenuhnya. Saya bisa melihat lubang sedalam 15 kaki (lima meter). Beberapa rumah juga rusak parah," kata pejabat senior kepolisian Tariq Razzaq Dharejo kepada AFP.

Salahuddin Babar Khattak, kepala kepolisian provinsi Sindh, yang ibukotanya Karachi, mengatakan, 18 orang tewas dan penyerang membobol barisan keamanan di kantor polisi itu dengan memberondongkan tembakan ke arah polisi.

Gedung CID itu digunakan untuk menahan militan, katanya, namun tidak ada tersangka penting pada saat serangan itu dilakukan.

Pemboman di Karachi itu terjadi kurang dari sepekan setelah serangan bom bunuh diri di sebuah masjid yang dipadati jamaah menewaskan 68 orang di Pakistan baratlaut.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010