Kunduz/Kabul (ANTARA news/AFP) - Bom sepeda motor meledak di pasar kota terpencil Afghanistan utara, Sabtu, menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk tiga anak-anak dan mencederai 18 orang, kata pemerintah.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan para korban itu tewas di pasar distrik terpencil Imam Saheb, provinsi Kunduz.

Sebelumnya gerilyawan Taliban, Sabtu, melancarkan serangan menjelang fajar terhadap satu pangkalan NATO Afghanistan.

Delapan gerilyawan tewas dalam baku tembak dengan pasukan asing dan Afghanistan yang digelar di bandara Jalalabad, Afghanistan timur, yang adalah salah satu dari pangkalan-pangkalan militer terbesar di negara itu, kata aliansi tersebut.

Taliban, yang sering membesarkan rincian serangan-serangannya dan korban di pihak pasukan asing, mengatakan 14 pembom bunuh diri terlibat dalam serangan itu tetapi Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) mengatakan hanya seorang yang mengenakan rompi bunuh diri.

Tidak ada pasukan asing atau Afghanistan cedera dalam serangan itu, tambahnya.

"Pangkalan operasi garis depan itu ditembaki senjata ringan dari sejumlah gerilyawan dan setelah memperoleh identifikasi yang positif tentang posisi-posisi gerilyawan yang melancarkan serangan itu, pasukan reaksi cepat tentara Afghanistan (ANA) dan ISAF dikirim ke daerah itu," katanya.

Beberapa jam kemudian, 10 orang tewas dan 18 orang lainnya cedra ketika sebuah sepeda motor yang membawa bahan peledak meledak di sebuah pasar di distrik terpencil Imam Saheb, provinsi Kunduz, Afghanistan utara.

Kepala distrik Mohammad Ayoub Haqyar mengemukakan kepada AFP ledakan itu sama dengan serangan-serangan terdahulu Taliban tetapi tidak ada segera informasi yang mengaku bertanggung jawab atas aksi itu.

Seorang komandan milisi pro pemerintah termasuk diantara yang tewas dan mungkin jadi sasaran serangan mereka, tambahnya.

"Terlalu cepat untuk mengatakan tentang apa yang djadikan sasaran mereka tetapi kami yakin Komandan Abdul Manan mungkin jadi target. "Ia tewas," kata Haqyar dan menambahkan penyelidikan sedang dilakukan.

Kelompok Taliban memerintah Afghanistan dari tahun 1996 sampai 2001 ketika mereka digulingkan dalam satu invasi pimpinan AS setelah seragan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Mereka setelah itu melancaran serangan berdarah yang meningkat untuk merebut kembali kekuasaan dan mengusir pasukan asing yang kini berpangkalan di Afghanistan untuk melindungi pemerintah Presiden Hamid Karzai yang didukung Barat itu.

Para gerilyawan meningkatkan serangan-serangan dalam sembilan tahun belakangan ini dan 2010 kini adalah yang terbanyak jatuh korban bagi 150.000 tentara internsional dengan lebih dari 630 serdadu asing tewas.

Gerilyawan itu mengaku bertanggung jawab atas serangan berani siang hari terhadap pangkalan udara Jalalabad, Juni, di mana sebuah bom mobil meledak dan roket-roket ditembakkan ke pasukan asing.

Sejumlah penyerang tewas dan dua personil cedera dalam serangan yang terjadi beberapa hari sebelum Jenderal AS David Petraus memangku jabatan sebagai komandan penting NATO di Afghanistan.

Jalalabad memiiki lebih dari 2.500 personil militer dan sipil

dan adalah salah satu dari pangkalan-pangkalan terbesar NATO di Afghanistan, setelah Kandahar di selatan dan Bagram di utara Kabul.

Kandahar dan Bagram jadi sasaran serangan-serangan Taliban di waktu lalu.

Serangan-serangan Sabtu itu terjadi setelah satu serangan bunuh diri yang gagal di ibu kota Kabul , yang ditujukan terhadap satu konvoi pasukan asing dan lokal dekat sebuah pangkalan militer.

Pasukan ISAF secara terpisah, Sabtu mengatakan pihaknya menahan seorang "pemimpin senior Taliban " dan beberapa tersangka gerilyawan lainnya setelah menemukan satu tempat penyimpanan senjata di provinsi Helmand.

Beberapa gerilyawan bersenjata tewas dalam serangan udara yang ditujukan terhadap seorang pemimpin senior Talibaan di provinsi Baghlan di utar, semntara kementerian dalam negeri Afghaistan mengatakan mereka menyita sejumlah bom rakitan di provinsi Kunduz.

Semua operasi itu dlakukan Jumat.

(Uu.H-RN/A023/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010