Jakarta (ANTARA) - Mantan Ibu Negara, Shinta Nuriyah A Wahid, menyatakan, semangat menjaga keragaman Indonesia sedang mendapat tantangan dari dua sisi.

“Dari sisi kiri mendapat tantangan dari kapitalisme liberal, sedangkan sisi kanan berhadapan dengan radikalisme dan terorisme berbaju agama,” kata dia, dalam seminar bertajuk "Keragaman dalam Keindonesiaan Menuju Tantangan Global" yang diselenggarakan secara daring, di Jakarta, Rabu.

Selain kapitalisme dan terorisme, juga terdapat pandemi Covid-19 yang memberi tekanan pada keragaman Indonesia. Ketiga hal tersebut, kata dia, yang kemudian mengancam eksistensi keberagaman di Indonesia.

Baca juga: Shinta Nuriyah Wahid ingin Pemilu 2019 pererat persaudaraan

Padahal, menurut istri dari almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, keragaman merupakan esensi dari berdirinya Indonesia, sehingga menjaga kebhinekaan (keragaman) merupakan upaya menjaga jati diri dan eksistensi bangsa Indonesia.

“Kebhinekaan budaya nusantara berakar dari kondisi geografis dan semangat masyarakat lokal yang berada di nusantara,” katanya.

Baca juga: Shinta Nuriyah merawat kemajemukan melalui sahur bersama

Berdasarkan hal itu, dia yakin apa yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai tekanan adalah menggali dan mengembangkan berbagai jejak peradaban bangsa. Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai referensi dan sumber inspirasi dalam berperilaku.

Upaya yang dia paparkan merujuk pada salah satu metode yang dilakukan para intelektual dan ulama nusantara dalam menjaga keragaman nusantara. Ia mengatakan, para ulama menangkap hal-hal baru dengan selektif dan hanya memilih nilai-nilai yang baik, sembari menggali dan memelihara nilai-nilai lama yang bernuansa positif.

Baca juga: Ny. Shinta Nuriyah berbuka bersama dengan kaum dhuafa

“Selanjutnya adalah kemampuan mereka untuk mengambil yang jernih dari tiap kebudayaan,” kata dia.

Ia mengatakan, metode itu yang membuat tokoh nusantara dapat menjaga keberagaman Indonesia tetap eksis dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global hingga saat ini.

“Menjaga keragaman itu dengan menerima secara kritis dan selektif dari luar, dan menggali serta mengembangkan berbagai potensi yang berada di dalam,” kata dia.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021