Kobe (ANTARA News) - Pemerintah akan membangun sentra-sentra pengurangan dampak bencana di sejumlah daerah yang dikategorikan rawan bencana secara bertahap mulai tahun depan sebagai upaya meningkatkan pemahaman warga mengenai cara-cara menghadapi bencana sekaligus mengurangi korban.

Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden Boediono di Kobe, Selasa petang waktu setempat, usai meninjau fasilitas pusat pengurangan dampak bencana dan rehabilitasi korban di Kobe.

"Salah satu yang penting adalah pembelajaran pada masyarakat, itu kuncinya. Penting memberikan pengetahuan tentang gempa, itu adalah langkah penting untuk mengurangi korban," kata Wapres kepada wartawan dalam perjalanan dari Kobe menuju Tokyo dengan menggunakan kereta cepat Shinkansen.

Dijelaskan Boediono, sentra-sentra pengurangan dampak bencana yang akan didirikan di daerah yang memiliki resiko bencana tinggi diharapkan dapat mendorong upaya sosialisasi, pembelajaran dan peningkatan peran masyarakat saat menghadapi bencana khususnya gempa bumi dan tsunami.

Wapres mengatakan dalam tayangan mengenai gempa yang melanda Kobe pada 1995 dengan jumlah korban yang begitu banyak, proses evakuasi hingga rehabilitasi menunjukkan peran masyarakat yang besar membuat proses tersebut dapat dilalui dengan baik. Kini 15 tahun setelah bencana yang memporak-porandakan Kobe, kota yang berjarak 500 km dari Tokyo itu tidak lagi menunjukkan bekas-bekas kehancurannya.

"Sentra ini penting. Ada dokumentasi, pelatihan dan lain sebagainya. Menurut pandangan saya sentra seperti ini, mungkin bisa ada di tempat yang rawan sehingga masyarakat bisa mengetahui hal yang mendasar yang harus dilakukan," tegas Wapres.

Menurutnya tawaran kerja sama dari Pusat pengurangan dampak bencana dan rehabilitasi korban di Kobe dan juga Asian Disaster Reduction Centre bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas dalam pencegahan dampak bencana.

"BNPB akan kita dorong untuk memanfaatkan fasilitas tersebut," tegasnya.

Sementara itu, ketika ditanya apakah sentra-sentra pengurangan dampak bencana dan penelitian bencana di daerah akan berada di bawah BNPB, Wapres mengatakan hal tersebut akan dikaji, bisa saja sentra itu bersifat independen dan otonom.

Wapres mengatakan hal yang paling penting adalah bagaimana memberikan pendidikan dan informasi serta melatih masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana untuk mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan sehingga mampu mengurangi kerugian jiwa dan material saat bencana berlangsung.

Sementara itu Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan beberapa daerah yang diproyeksikan memiliki sentra tersebut antara lain Yogyakarta, Padang, Banda Aceh dan wilayah di kawasan Pantai Barat Sumatera.

"Itu penting untuk menyiapkan masyarakat, diantaranya adalah mitigasi sehingga masyarakat waspada menghadapi bencana," katanya.

Ketika ditanya apakah akan berada di bawah BNPB, Armida mengatakan sentra tersebut akan bersifat independen dan berbasis pada universitas, sementara BNPB bertugas menyiapkan upaya tanggap darurat dan juga tahapan rekonstruksi.

Armida mengatakan sentra tersebut akan dibuat secara bertahap di sejumlah daerah, ia mengatakan besar kemungkinan akan diawali di Aceh mengingat sarana bangunan dan lainnya sudah tersedia baru kemudian bertahap di daerah lainnya.

Wapres Boediono didampingi Ibu Herawati Boediono melakukan kunjungan ke pusat pengurangan dampak bencana dan rehabilitasi korban di Kota Kobe Jepang.

Di fasilitas yang dimiliki oleh Provinsi Hyogo, didirikan pada April 1992 melalui kerjasama dengan pemerintah pusat.

Fasilitas itu menjadi pusat pembelajaran dan penyebarluasan upaya-upaya mengurangi dampak bencana menyangkut korban jiwa dan kerugian materiil. Studi yang dikembangkan berdasarkan pengalaman gempa Kobe yang terjadi pada 17 Januari 1995.

Gempa dengan kekuatan 7,3 skala richter itu memiliki kedalaman pusat gempa hanya 16 km dan menyebabkan korban jiwa sebanyak 6.434 orang. Kerugian materiil mencapai 10 triliun Yen dan kerusakan bangunan mencapai 249.180 bangunan.

Fasilitas itu memiliki keterhubungan dan kerjasama dengan sejumlah badan internasional termasuk WHO, JICA dan juga Asian Disaster Reduction Centre.(*)
(T.P008//B013/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010