Semarang (ANTARA News) - Masyarakat yang berada di lereng Gunung Merapi diminta tetap waspada karena sampai kini bau belerang masih menyengat terutama di beberapa desa di Kabupaten Klaten.

Status "awas" hingga kini belum dicabut meskipun ada penyempitan zona bahaya Merapi, yaitu di Kabupaten Sleman (20 kilometer), Kabupaten Magelang (15 kilometer), Kabupaten Boyolali dan Klaten masing-masing 10 kilometer).

Bau belerang dari letusan Gunung Merapi sampai kini dirasakan masih menyengat, terutama untuk di daerah kawasan rawan bencana (KRB) III seperti di Desa Sidorejo dan Tegalmulya, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Desa Sidorejo dan Tegalmulya yang masuk daerah KRB III, masih tertutup karena jaraknya hanya sekitar 4-5 Km dari Merapi, kata Damto (20) asal dukuh Butuh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

"Zona aman Merapi sekarang memang di Klaten telah ditetapkan 10 kilometer, karena jarak dari dua desa ini ke Merapi hanya empat sampai lima kilometer maka warga disini sampai sekarang juga masih mengungsi," jelasnya.

Damto yang juga penjaga Posko Karang pintu jalan akses masuk ke desa tersebut menjelaskan, memang ada yang keluar masuk desa, tetapi mereka itu hanya datang sekedar memberikan makan ternaknya dan setelah itu mereka kembali ke tempat pengungsian.

Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu, disebutkan cuaca berkabut menutupi Gunung Merapi sejak dini hari hingga siang hari.

Di antara cuaca berkabut itu sempat terjadi cuaca cerah sehingga dapat diamati asap berwarna putih hingga kecoklatan keluar dari gunung dengan ketinggian satu kilometer yang condong ke arah Barat Daya hingga Barat Laut.

Bangkai ternak
Cuaca cerah bisa dilihat dari Selo Kabupaten Boyolali pada pukul 11.11-11.42 WIB, s asap putih tebal condong ke arah Barat.

Masih banyak bangkai hewan ternak yang mati akibat terkena semburan awan panas berserakan di berbagai tempat di Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten.

"Ratusan ekor sapi yang mati terkena letusan Merapi itu sampai sekarang belum banyak yang dievakuasi. Akibatnya bau bangkai tersebar di mana-mana," kata Karyono alias Cak Dul, anggota Orari Klaten di Posko Orari Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Balerante merupakan daerah yang paling dekat dengan puncak Merapi, sehingga desa ini paling parah menderita kerusakan dibandingkan lainnya di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

"Balerante yang jaraknya hanya empat Km dari puncak Merapi itu, letaknya berada di lereng gunung tersebut, tanpa ada batas apa-apa. Akibatnya, ketika gunung tersebut erupsi langsung terguyur material vulkanik," katanya.

Menyinggung masalah korban jiwa, Karyono mengatakan untuk sementara telah ditemukan empat orang yang meninggal dunia.

"Apabila melihat kondisi di Balerante sekarang kemungkinan juga masih ada jenazah yang belum diketemukan," katanya.

Kenduri
Warga Dusun Jarak, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melaksanakan kenduri berdoa memohon Tuhan Yang Maha Esa diberikan keselamatan dari bencana letusan Gunung Merapi.

Kenduri itu dilaksanakan seratusan warga Dusun Jarak menggelar kenduri tersebut setelah melaksanakan salat Idul Adha di halaman Masjid Al Hidayah, di Desa Jrakah, Selo, Boyolali.

Warga yang membawa makanan sebagai sesaji kenduri berupa nasi dan laut pauk dari rumahnya masing-masing dan kemudian dikumpulkan di halaman masjid setempat.

Mereka berdoa bersama dipimpin seorang sesepuh Dusun Jarak, Ahmad Yusuf. Setelah mereka selesai berdoa memohon keselamatan dari bencana, kenduri dimakan bersama-sama.

Ahmad Yusuf mengatakan, kenduri itu dilakukan sederhana, karena warga sedang menjalani pemulihan ekonomi. Warga baru kembali dari pengungsian, sehingga menu makanan yang disajikan kenduri apa adanya.

"Kenduri yang disajikan berupa nasi, lauknya krupuk, karak, tempe dan tahu goreng. Kondisi warga masih dalam keprihatinan," kata Yusuf.

Sudiyo (60) warga Dusun Jarak menjelaskan, kenduri berdoa meminta keselamatan tersebut sering dilakukan masyarakat karena hal itu sudah menjadi tradisi setiap Gunung Merapi mengeluarkan awan panas seperti beberapa waktu lalu.

Warga setempat sebelumnya juga melakukan tumpeng gunungan dengan nasi jagung. Tetapi, tumpeng gunungan nasi jagung biasa dilakukan setelah salat Maghrib.

Kenduri kali ini dilaksanakan dengan menu apa adanya. Karena warga baru kembali dari pengungsian, mereka tidak memiliki apa-apa. Bahkan, ada warga yang tidak memiliki stok beras akibat lama berada di tempat pengungsian, kata Sudiyo.

Menurut Kepala Desa Jrakah, Tumar, warga Desa Jrakah sebanyak 4.425 jiwa hampir seluruhnya sudah kembali ke rumah masing-masing.

Namun, mereka selama di pengungsian dua pekan lebih tidak beraktivitas atau bekerja. Mereka kini sudah kembali ke kampung, tetapi mereka tidak memiliki bahan kebutuhan makanan untuk bertahan hidup.

Oleh karena itu, warga mengharapkan kepada pemerintah membantu kebutuhan berupa bahan logistik atau jatah hidup selama tiga-empat bulan ke depan.

Selain itu, warga juga membutuhkan bantuan pertanian berupa bibit, pupuk, dan makanan ternak. Karena bencana Merapi yang menyebabkan hujan abu vulkanik di wilayah ini, melumpuhkan perekonomian warga sekitar.

Akibat abu gunung, kata Tumar, tanaman sayuran dan pohon produktif banyak yang mati. Bahkan, ternak sapi perah milik warga sekitar tidak produktif lagi karena kekurangan makanan.

"Bencana ini memang mengakibatkan perekonomian Desa Jrakah lumpuh total, sehingga warga mengharapkan uluran tangan untuk memulihkan mereka lebih bersemangat hidup menjalankan kehidupan yang baru," kata Tumar.
(H015/S019)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010