Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi upaya percepatan penurunan angka stunting.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan kondisi pandemi COVID-19, yang melanda Indonesia sejak Maret 2020, menjadi tantangan bagi Pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk menurunkan prevalensi kekerdilan pada anak atau stunting.

"Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi upaya percepatan penurunan angka stunting. Capaian yang sudah baik selama 7 tahun terakhir harus terus dipertahankan untuk mencapai target 14 persen di akhir 2024," kata Wapres saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2021 secara virtual, Senin.

Wapres juga mengimbau seluruh kepala daerah untuk mengevaluasi seluruh program kerja, kegiatan, dan anggaran pemda dalam rangka percepatan penurunan stunting di daerah.

Pemetaan ulang terhadap program kerja dan anggaran stunting tersebut penting untuk mengevaluasi kegiatan yang belum merata dan terhenti akibat pandemi COVID-19.

"Pemetaan ini penting untuk mengetahui program apa saja yang masih berjalan, program apa saja yang cakupannya belum merata, dan program apa saja yang terhenti selama masa pandemi," katanya.

Sementara itu, sebagai salah satu bentuk komitmen Pemerintah untuk mempercepat penurunan stunting di daerah, payung hukum telah diterbitkan melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

"Peraturan Presiden tersebut memberikan penguatan kerangka intervensi yang harus dilakukan dan kelembagaan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan percepatan penurunan angka stunting," kata Wapres.

Dari sisi kerangka intervensi, Wapres menjelaskan bahwa penanganan stunting melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi spesifik yang diutamakan pada 1.000 hari pertama pertumbuhan anak.

Intervensi gizi sensitif memiliki kontribusi lebih besar hingga mencapai 70 persen dalam upaya penurunan angka kekerdilan pada anak.

"Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, sementara intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung, seperti penyediaan air bersih dan sanitasi," ucapnya.

Oleh karena itu, Wapres berharap penurunan angka stunting dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 27,7 persen pada tahun 2019 harus dipertahanakan untuk mencapai target 14 persen pada tahun 2024.

Baca juga: Wapres minta pemda petakan kembali program penurunan "stunting"

Baca juga: Menkes optimistis Indonesia capai target penurunan stunting pada 2024


Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021