Beijing (ANTARA News) - Peliputan media China terhadap insiden pemboman di semenanjung Korea tak mengkritik sekutu dekat Beijing tersebut bahkan mengatakan episode itu menunjukkan "ketangguhan" Korea Utara.

Korea Utara memberondongkan tembakan artileri ke sebuah pulau Korea Selatan Selasa, dalam salah satu insiden perbatasan paling serius sejak perang 1950-1953, yang memicu kecaman global terhadap Pyongyang.

Tanggapan resmi China sejauh ini relatif "hangat-hangat kuku", sementara itu media negara itu sebagian besar menghindari untuk menudingkan ri kepada Korea Utara dan bahkan terkadang bernada pro-Pyongyang.

"Korea Utara menunjukkan ketangguhannya dalam perang singkat itu," kata surat kabar Global Times dalam tajuk yang juga mengecam "kegagalan kebijakan garis keras" pemerintah Korea Selatan saat ini terhadap tetangga utaranya.

Berita-berita China menilai pemboman, yang memprovokasi tembakan balasan Korea Selatan itu, menahan diri untuk tidak menyalahkan Korea Utara tetapi menyoroti klaim Korea Utara bahwa Korea Selatanlah yang memicu baku tembak.

Liputan insiden di China Central Television, pemancar corong utama pemerintah yang dipimpin Komunis, termasuk menonjolkan bermainan untuk siaran berita Korea Utara di Korea Selatan dalam memulai insiden tersebut dan mengancam pembalasan.

Seorang juru bicara pemerintah China Selasa menyatakan "prihatin" atas insiden itu, sementara itu Beijing masih minta untuk "memverifikasi" apa yang terjadi.

Kantor berita resmi Xinhua menyebut di dalam laporan-laporannya suatu `dugaan` baku tembak, tapi terjadi pelunakan pada semua referensi untuk bagaimana memulai.

China mengekang diri dengan tidak mengecam Korea Utara meskipun sejumlah provokasi terjadi selama bertahun-tahun oleh Pyongyang.

Para pakar mengatakan, pendekatan Beijing itu dipandu oleh keinginan untuk mendukung rezim Kim Jong-Il karena takut bahwa keruntuhannya bisa memicu banjir pengungsi ke China.

Pihaknya juga ingin memantau pengaruh AS di wilayah tersebut, dan ketakutan bahwa semenanjung Korea bersatu akhirnya akan didominasi oleh Korea Selatan sekutu pemerintah AS.
(H-AK/S004)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010