London (ANTARA News) - Serangan artileri Korea Utara terhadap Korea Selatan kemungkinan terkait dengan pengalihan kekuasaan dari pemimpin King Jong-Il ke anak laki-laki bungsunya, demikian analisa seorang pengamat, Selasa.

Mark Fitzpatrick, anggota Institut Internasional untuk Studi-studi Strategis (IISS) di London sekaligus mantan pejabat tinggi di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, menyatakan serangan itu tak mungkin menimbulkan perang skala-penuh.

"Sulit untuk menarik kesimpulan bahwa (serangan) ini, seperti juga penenggelaman Cheonan, tidak terkait dengan suksesi," kata Fitzpatrick pada AFP, merujuk ke sebuah kapal perang Korea Selatan.

Kedua insiden itu adalah cara untuk memberi putera mahkota Korea Utara Kim Jong-Un "beberapa kecakapan", ujarnya.

"Ia bisa melakukan apa saja pada usia 27. Tujuan Korea Utara memberi pangkat jenderal adalah mempersiapkannya dengan semacam kemenangan militer dan ini serangan yang akan benar-benar dianggap berasal dari kepemimpinan militernya," kata Fitzpatrick.

"Alasan Korea Utara melakukan langkah provokatif ini adalah untuk menarik Selatan, untuk mengatakan: "Lihat, kalau tak mau berunding soal garis demarkasi ini, anda akan memancing konsekuensi-konsekuensi militer," katanya.

Fitzpatrick menyatakan bentrokan itu merupakan "eskalasi serius" tapi ia menambahkan: "Saya tidak berpikir hal itu akan berubah menjadi perang skala-penuh, Korea Selatan akan sangat berhat-hati untuk tidak memperluas tanggapannya".
(S008/H-AK)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010