Klaten (ANTARA News) - Kedua kaki Bariyah (60), pengungsi korban erupsi Gunung Merapi asal Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, harus diamputasi di Rumah Sakit Umum Pusat Soeradji Tirtonegoro, Klaten, akibat luka bakar yang dialaminya. "Bariyah merupakan korban erupsi besar Merapi pada Jumat (5/11) dini hari yang langsung dilarikan ke RSUP sesaat setelah kejadian," kata Kepala Bidang Pelayanan Medik Soeradji Tirtonegoro, Puspita Laksmintari, Rabu. Keputusan amputasi kepada Bariyah, lanjut Puspita, harus diambil tim dokter karena jaringan di kedua kakinya telah mati atau mengalami mikrosis. "Sejak pertama kali dirawat di rumah sakit, pembuluh darah di kedua kakinya tidak berkembang dan darah tidak dapat mengalir karena adanya pembengkakan akibat luka bakar," katanya. Amputasi tersebut, jelasnya, dilakukan pada 10 centimeter di bawah lutut pasien dan diharapkan dapat menghentikan perluasan kerusakan jaringan. "Selain itu, amputasi juga dapat menghindarkan pasien dari infeksi yang lebih parah," katanya. Menurut Puspita, Bariyah sempat menolak diamputasi dan meminta untuk mendapatkan perawatan luka bakar saja. Namun, lanjutnya, tim dokter tetap melakukan amputasi dengan pertimbangan tidak adanya perkembangan setelah mendapatkan perawatan hingga lebih dari 10 hari. "Pelaksanaan amputasi pada Selasa malam juga dipertimbangkan pada baiknya kondisi Bariyah yang memiliki riwayat rendahnya albumin atau zat pembawa nutrisi ke dalam darah," kata Puspita. Hingga Rabu, Bariyah masih mendapatkan perawatan intensif di ruang "intensive care unit (ICU)" RSUP Klaten dengan asupan dua jalur infus yakni makanan dan cairan. Selain itu, jelas Puspita, pihak rumah sakit juga memberikan pendampingan psikiater dan psikolog pada Bariyah yang masih belum stabil kondisi kesehatannya. "Pendampingan tersebut bertujuan untuk menstabilkan kondisi psikologis pasien yang hingga saat ini masih sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Pasien juga memiliki riwayat gangguan jiwa sebelum bencana ini," kata Puspita. Namun, Puspita mengatakan pihaknya belum dapat memastikan kapan Bariyah akan pulih. "Usia tua, ancaman infeksi, serta rusaknya sistem sumsum tulang belakang membuat masa pemulihan pasien membutuhkan waktu yang relatif lama," kata Puspita. (ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010