Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, Stefanus Gusma dan Ketua Komite Advokasi Rakyat Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Muhammad Item, sepakat bahwa beragam skandal TKI di luar negeri mengungkap wajah buram diplomasi RI.

Keduanya menyatakan itu secara terpisah, di Jakarta, Kamis, sehubungan terus berlanjutnya aksi penganiayaan, penistaan dan perendahan harkat martabat WNI, khususnya TKI di berbagai negara, terutama di Timur Tengah, Malaysia, dan Singapura.

"Persoalan yang menimpa para tenaga kerja Indonesia (TKI) belakangan ini benar-benar membuka borok-borok diplomasi dan posisi tawar luar negeri kita yang lemah. Tahun 2009 saja ada ribuan TKI yang dianiaya tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas," ungkap Stefanus Gusma.

Lalu sekarang pun, ujarnya, Pemerintah terkesan terlalu menyederhanakan masalah yang menimpa para TKI, hanya dengan solusi memberikan `hand phone` (HP).

"Semua ini menunjukkan cara-cara tidak mau susah untuk memberi perlindungan kepada warganya. Pemberian HP itu sama sekali bukan solusi cerdas dan `ditertawakan` pihak asing, karena di mata mereka (internasional), jelas telrihat hancurnya kewibawaan Indonesia sebagai sebuah bangsa besar yang beratensi besar melindungi warganya," ungkapnya.

"Kasus TKI yang dianiaya, disiksa, diperkosa, bahkan dibunuh akan bisa diselesaikan jika Pemerintah juga berwibawa dan tidak menjadi antek-antek `Neolib` atau para pemburu rente yang hanya mengeksploitasi TKI kita. Atau hanya mau profitnya saja, tidak memikirkan harga diri bangsa ini," katanya.

Karena itu, menurutnya, jika sikap Pemerintah kita sama saja dengan yang dipraktikkan ketika berhadapan dengan Malaysia kemarin, jangan harap TKI dihargai sebagai manusia oleh negara lain.

"TKI kita hanya akan terus diperlakukan sebagai budak belian," kata Stefanus Gusma.
(ANT/A024)



 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010