Luka lecet dan infeksi di telapak kaki akibat berhari-hari berjalan kaki, bagi Din Setyaningrum (40), tidak terlalu dirasakan menyakitkan, dibanding caci maki dan ungkapan sinis atas niat tulusnya membantu para korban bencana letusan Gunung Merapi.

Ibu rumah tangga warga Perumahan Permata Hijau Blok L No.5, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, itu mengaku harus sedikit menahan perasaan hatinya ketika sejumlah orang menganggap niatnya untuk berjalan kaki dari Kota Kediri menuju Stadion Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman untuk menggalang dana bagi para pengungsi bencana letusan Gunung Merapi hanya untuk mencari sensasi.

"Biarlah orang berkata apa, namun hati saya tetap teguh dan tidak goyah untuk terus melanjutkan berjalan kaki sambil menghimpun dana dari donatur perseorangan maupun instansi. Memang tidak sedikit yang memberikan sumbangan, namun banyak juga yang mencibir," kata Din Setyaningrum sesaat setelah tiba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis.

Ibu dari Ika Rahmwati (15) dan Gilang Feby Maulana (10) ini mengaku tidak sakit hati dengan cibiran atau caci yang ditujukan atas niat tulusnya ini. "Apa pun yang mereka berikan saya terima dengan penuh ikhlas dan syukur, ada yang memberi Rp500, namun ada juga yang memberi Rp200 ribu," katanya.

Menurut dia, dirinya memang sempat sedikit mendapat cobaan saat tiba di Mapolres Sragen Jawa Tengah, karena mendapat sambutan yang tidak ramah dari salah satu anggota polisi yang sedang bertugas.

"Biasanya selama dalam perjalanan saya menumpang menginap di kantor polisi baik itu polsek maupun polres, sekaligus saya meminta tanda tangan dan bukti bahwa saya di wilayah tersebut berhasil mengumpulkan dana dari masyarakat. Semuanya bisa diterima dengan baik," katanya.

Ia mengisahkan, sewaktu beristirahat di Polres Ngawi, Jawa Timur, dirinya sangat terharu dengan kebaikan seorang polisi bernama Sutiaji, bahkan Sutiaji memaksa dirinya untuk dibawa ke dokter karena badannya menggigil akibat infeksi kaki setelah berjalan kaki.

"Saya sangat terharu dengan kebaikan mereka, bahkan agar saya dapat beristirahat dengan lebih tenang karena kalau di Kantor Polisi banyak petugas lalu lalang, Sutiaji menawarkan kamar hotel untuk beristirahat. Namun, sebelumnya agar tidak menimbulkan prasangka buruk saya terlebih dahulu minta bertemu dengan istri polisi yang mengantarnya agar tidak menimbulkan fitnah," katanya.

Namun kesan yang baik terhadap annggota polisi ini sedikit berubah saat dirinya mendapat perlakuan tidak simpatik dari aparat kepolisian di Polres Sragen, Jawa Tengah.

"Saat akan menumpang untuk istirahat saya justru dituduh hanya mencari sensasi, cari muka. Polisi itu juga mengatakan jikalau menginap di kantor polisi nanti dikira tidak diopeni, sedang untuk mencarikan hotel tidak ada duit. Padahal saya hanya hanya butuh tempat untuk istirahat seadanya. Yang penting bisa untuk tidur dan tidak harus di kamar," katanya.

Bahkan polisi tersebut mendesak Din Setyaningrum untuk mengurungkan niat tulusnya dan memintanya untuk pulang ke kampungya.

"Kalau pulang atau naik bus berarti niat saya ini menjadi cacat, untuk itu saya memilih meneruskan perjalanan dan terus berjalan kaki untuk ikut merasakan keprihatinan warga korban bencana Merapi," katanya.

Ia mengatakan, satu keyakinan di hatinya jika niat ini benar-benar tulus pasti akan mendapat perlindungan dari Tuhan. Dan keyakinan ini memang terbukti karena setelah peristiwa yang menyakitkan hati itu ternyata banyak warga yang simpati atas niatnya itu dan memaksa mampir memberinya makan dan minum.

"Banyak sekali warga yang peduli, bahkan ada sebuah lembaga yang menyumbang Rp200 ribu, kemudian ada pengusaha toko mebel yang memberikan buah-buahan dan bantuan Rp20 ribu dan masih banyak lagi hingga saya berhasil mengumpulkan dana bantuan sekitar Rp2 juta untuk pengungsi bencana Merapi," katanya.

Apa pun perlakuan baik buruk maupun mendukung perbuatannya, Setyaningrum mengaku menerima semuanya dengan ikhlas.

Didorong rasa keprihatinan yang kuat, Setyaningrum pun tak mempedulikan kaki kanannya yang lecet, infeksi dan harus berjalan terpincang-pincang.

"Saya habis satu pasang sandal dan sepasang sepatu. Modal lainnya balsem untuk meredakan pegal dan menghangatkan otot," katanya.

Saat memasuki kawasan Stadion Maguwoharjo, Kamis (25/11), sekitar pukul 11.30 WIB, setelah selama 10 hari berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer, Din Setyaningrum yang juga merupakan anggota Persik Mania yang merupakan pendukung setia kesebelasan Persik Kediri, langsung disambut anggota Slemania yang merupakan wadah suporter tim sepakbola PSS Sleman.

Din juga disambut kelompok kesenian Jaranan Wahyu Krida Budaya yang juga datang dari Kota Kediri untuk menghibur para pengungsi bencana letusan Gunung Merapi.

Dengan iringan gamelan dari kelompok Jaranan Wahyu Krida Budaya, Din Setyaningrum langsung disambut Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman, Kriswanto, yang langsung memeluknya dan terharu dan menangis.

Dana yang terkumpul tersebut langsung diserahkan kepada para pengungsi melalui Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman.

"Hanya ini yang bisa kami lakukan, kami juga ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kami yang menjadi korban bencana letusan Gunung Merapi. Kami harapkan saudara-saudaraku pengungsi dapat segera melupakan kejadian yang membuat kita semua berduka dan segera bangkit penuh semangat untuk memulai hidup baru," kata Din Setyaningrum terbata-bata sambil sesekali mengusap air matanya.

Ungkapan tulus dari Din Setyaningrum ini juga membuat semua yang hadir dalam penyambutan tersebut tak kuasa membendung air mata. Bahkan Kriswanto dan sebagian besar pengungsi maupun masyarakat yang berada di sisi utara timur Stadion Maguwoharjo tersebut menitikkan air mata.

"Saya sungguh berterima kasih dan sama sekali tidak mengira bahwa sambutan dari warga Sleman sedermikian besar, sungguh dari hati saya hanya ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara yang harus mengungsi akibat bencana, saya juga mohon maaf jika dana yang terkumpul selama dalam perjalanan ini jumlahnya tidak seberapa, namun yang jelas hanya ini yang bisa saya lakukan," kata Din Setyaningrum.

Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman Kriswanto dalam kesempatan tersebut mengatakan pihaknya mengucapkan terima kasih yang sedemikian besar atas kepedulian yang luar biasa dari Din Setyaningrum ini.

"Sungguh ini sangat luar biasa, semoga ini dapat menggugah semangat para pengungsi untuk segera bangkit kembali," katanya.

Setyaningrum juga berharap, agar para pemimpin negeri ini memiliki rasa kemanusian, kepedulian antar sesama dan tidak hanya mencari keuntungan pribadi memanfaatkan jabatan.

"Para pemimpin negeri ini seharusnya bisa berkaca pada kepedulian warga, rasa gotong royong warga dari berbagai belahan Indonesia yang dengan sukarela membantu korban bencana tanpa memiliki kepentingan," katanya. (V001/K004)

Oleh Oleh Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010