Malang (ANTARA New) - Ternak yang dimiliki warga di kawasan terdekat Gunung Bromo, tepatnya di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai didata jumlah dan jenisnya.

Sekretaris Desa Ngadas, Mudjianto, Minggu mengatakan, pihaknya melalui rukun tetangga (RT) yang ada di desa itu sedang melakukan pendataan terhadap warga yang memiliki ternak.

"Data ini nanti akan kami serahkan kepada Gubernur Jatim Soekarwo, karena Pak Gubernur berjanji akan mengganti ternak warga jika terjadi musibah letusan Gunung Bromo, dan ternak milik warga itu menjadi korban," ucapnya.

Menurut dia, jenis ternak yang dimiliki warga Desa Ngadas sebagian besar adalah sapi. Berdasarkan pendataan sebelumnya jumlahnya mencapai 150 ekor.

Selain melakukan pendataan terhadap ternak warga, katanya, pihaknya juga secara intensif mengimbau kepada warga agar selalu mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah, termasuk siswa sekolah.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat telah memberikan masker secara gratis kepada warga di Kecamatan Poncokusumo sebanyak 2.000 buah, mengirimkan empat orang tenaga medis, tenda, 4.000 kantong mayat, dan kendaraan untuk evakuasi maupun untuk dapur umum.

Pemkab Malang sudah menyiapkan dua kawasan sebagai lokasi pengungsian bagi penduduk Desa Ngadas dan Desa Jarak Ijo yang jumlahnya mencapai 1.781 jiwa itu, yakni di "rest area" (tenmpat peristirahatan) Desa Gubuk Klakah (sekitar 10 km) dan Desa Wringin Anom sekitar 13 km dari Desa Ngadas.

Meski jarak kedua desa tersebut cukup dekat dengan Gunung Bromo, bahkan masuk kawasan rawan bencana I karena berjarak sekitar 3 km dari Bromo, masyarakat di dua desa tersebut belum merasa terganggu dengan asap dan abu vulkanik, sehingga masih tetap beraktivitas seperti biasa.

Asap dan abu vulkanik Gunung Bromo yang saat ini berstatus "Awas" itu memang terlihat jelas oleh warga di Desa Ngadas dan Jarak Ijo, namun belum sampai mengganggu kehiduan sehari-hari warga setempat karena asap dan abu vulkanik tersebut bergerak ke arah hutan, bukan ke permukiman penduduk.

Gunung Bromo yang berada di ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut (mdpl) itu sejak dinaikkan statusnya dari Siaga menjadi Awas (23/11), aktivitasnya menunjukkan tren yang terus meningkat.

Setelah meletus pertama kali pada Jumat (26/11) sekitar pukul 17.22 WIB, Sabtu (27/11) kemarin juga meletus dua kali, pada pukul 05.09 WIB dan pukul 10.00 WIB.
(T.E009/C004/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010