Kairo (ANTARA News) - Rakyat Mesir pada Ahad pukul 08.00 waktu setempat (13.00 WIB), di bawah penjagaan keamanan ektra ketat, mulai menggunakan hak suara mereka dalam pemilihan angota dewan legislatif.

Suasana di ibu kota Mesir, Kairo, tampak sepi pada pagi hari menjelang pemungutan suara dimulai, namun penyebaran aparat keamanan tampak mencolok di sejumlah tempat, seperti di distrik Madinat Nasser, Darrasah, Abbasea, Mukattam dan Ais Shams.

"Penjagaan keamanan ini merupakan prosedur standar untuk keamanan pemilu," kata Ahmad Shoubasy, perwira kepolisian yang memimpin pengamanan di distrik Abbasea.

Keamanan ketat tersebut diberlakukan setelah bentrokan di sejumlah kota saat kampanye dalam dua pekan terakhir.

Bentrokan hebat terjadi pada Sabtu (20/11) pekan lalu antara pendukung oposisi terkemuka Ikhwanul Muslimin dan polisi, sehingga ratusan anggota organisasi terlarang itu ditahan.

Tercatat 41 juta pemilik hak suara akan memilih calon mereka, namun para pengamat memperkirakan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya lebih rendah sebagaimana pemilu serupa sebelumnya.

Sebanyak 4.687 calon anggota legislatif bertarung memperebutkan 508 kursi parlemen, termasuk 64 kursi kuota untuk wanita.

Jumlah caleg itu terdiri atas 1.188 caleg dari partai politik, 377 wanita caleg untuk memperebutkan 64 kuota kursi untuk wanita, dan 232 calon independen.

Di samping calon independen, pemilu tersebut diikuti 18 partai. Selain Partai Demokrat Nasional (NDP), yang berkuasa, juga ada 17 partai oposisi, antara lain Partai Wafd, Tagammu, Nassiri, Ahrar, Al-Ghad, Al-Giil, dan Shabab Misr, Al-Ahrar, Al-Gil, Gumhuril Ahrar, Misr 2000, Salam Demokrat dan Arabi Isytiraki.

NDP mengajukan sekitar 600 calon, partai oposisi Wafd --yang liberal-- sekitar 250 calon, sementara calon independen dari organisasi terlarang, Ikhwanul Muslimin semula mengajukan 370 calon, namun sejumlah di antaranya dibatalkan pencalonannya karena dianggap tidak memenuhi syarat.

Komisi Tinggi Pemilu menjelaskan bahwa 2.286 hakim ambil bagian dalam mengawasi jalannya pemilu dan penghitungan suara, di samping 7.000 pemantau pemilu dari masyarakat sipil.

Sebelumnya, pemerintah menolak desakan dari beberapa kalangan termasuk Amerika Serikat untuk mengizinkan pemantau asing.

Para pengulas politik memperkirakan NDP, yang berkuasa, akan bersaing ketat dengan calon independen dari Ikhwanul Muslimin.

Kendati Ikhwanul Muslimin masih tercatat sebagai oragnisasi terlarang di Mesir, namun para anggotanya diizinkan mencalonkan diri lewat jalur independen.

Dalam pemilu legislatif pada 2005 lalu, calon dari Ikhwanul maraih 88 kursi.

Pemilihan anggota legislatif ini akan menentukan pemilihan presiden pada 2011.

Presiden Hosni Mubarak (82), yang berkuasa sejak terbunuhnya Presiden Anwar Sadat pada 1981, sejauh ini belum menentukan sikapnya apakah ia akan mencalonkan diri pada pemilihan presiden tersebut.
(T.M043/C003/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010