Yogyakarta (ANTARA News) - Intensitas kegempaan Gunung Merapi dalam tiga hari terakhir menunjukkan kecenderungan menurun, ditandai dengan menurunnya gempa tremor.

Berdasarkan laporan dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Minggu hingga pukul 12.00 WIB, gempa tremor terjadi sebanyak delapan kali atau mengalami penurunan cukup banyak dibanding gempa tremor sejak erupsi besar pada 5 November yang terjadi secara beruntun.

Sementara itu, gempa vulkanik terjadi tiga kali atau mengalami kenaikan dibanding pada Sabtu (27/11) karena sama sekali tidak terjadi gempa vulkanik.

Gempa multifase sebanyak 10 kali, guguran delapan kali dan tektonik tiga kali, sedangkan dalam beberapa hari terakhir sudah tidak terjadi luncuran awan panas yang merupakan bahaya primer letusan Gunung Merapi.

Pada pengamatan visual, masih teramati asap putih tebal dengan ketinggian 100 meter dari puncak Gunung Merapi, bertekanan lemah dan condong ke arah barat.

"CCTV di Deles juga merekam sinar api menjelang fajar yaitu sekitar pukul 03.05 WIB. Sinar api juga terekam pada Sabtu (27/11) dini hari 00.00-04.55 WIB," katanya.

Meskipun intensitas kegempaan, khususnya gempa tremor semakin menurun, namun PVMBG masih tetap menetapkan Gunung Merapi pada status tertinggi yaitu "Awas".

Masyarakat tetap diminta untuk berada di luar radius rawan bahaya yang telah ditetapkan yaitu lima kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi untuk Kabupaten Boyolali, 10 km untuk Kabupaten Magelang, 10 km untuk Kabupaten Klaten, dan di Kabupaten Sleman terbagi dua yaitu 15 km di timur Kali Boyong dan 10 km di barat Kali Boyong.

Ancaman bahaya lahar dingin pun masih tetap harus menjadi perhatian dari masyarakat karena seluruh kali yang berhulu di Gunung Merapi telah dipenuhi endapan lahar.
(U.E013/C004/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010